Istri-Istri Selingkuh

Ada pemeo para istri yang kecewa pada suaminya karena suka berselingkuh, “Jangan tinggalkan suamimu, kasihan anak-anak. Tunjukkan saja bahwa kamu juga bisa (selingkuh)”. Itulah yang aku atau tepatnya kami ingin lakukan sekarang.
Pada awalnya aku sangat marah dan rasanya dunia ini menjadi gelap saat mendengar suamiku selingkuh engan teman kantornya. Namun Indri, tetanggaku memberi nasehat sebagaimana tersebut di atas.

“Kamu bisa langsung pergi ke Proyek Senen begitu yakin bahwa masmu selingkuh. Disana kamu bisa nongkrong di Warung Cendol atau Bakso Super yang banyak dikunjungi ibu-ibu. Tidak akan lebih dari 10 menit kamu akan didekati lelaki. Mungkin bapak-bapak, mungkin Oom-Oom, mungkin Mas-Mas, mungkin adik-adik atau bahkan anak-anak. Mereka itu minat untuk kencan dengan kamu. Kamu bisa pilih yang sesuai dengan seleramu”. Duh, duuhh.. Lancarnya berondongan cerita dari mulut Indri.
“Kalau nggak percaya, ayoo.. Aku juga pengin iseng, nih..”.
Bagi Indri cukup masuk akal. Suaminya yang berlayar hanya pulang 6 bulan sekali. Dia memerlukan hiburan macam di Warung Cendol atau Bakso Super tadi. Tetapi aku khan tak perlu sejauh itu. Namun mendengarkan cerocosan mulut Indri lama-lama asyik juga.

“Mir, nih dengerin ya. Itu tidak cuma di Senen. Kalau mau cari China pergi ke Mangga Dua, nongkrong di KFC atau Mc Donald atau di kafe lantai bawah. Di sana banyak cina yang pengin banget ngerasain memek orang Jawa. Kamu akan mendapatkan kenikmatan sekaligus uang. Mereka royal untuk dapat memek lu”, Uiihh.. Uiihh..
“Kalau di Senen tadi kebanyakan orang Sumatera, ada Padang, Batak atau Palembang”.
“Kalau mau Arab, kamu pergi saja ke Pasar Tanah Abang. Pura-pura saja beli kain sarung atau batik”.
“Kalau mau sopir truk, tukang buah atau juragan sayur pergilah ke Pasar Induk. Ha, ha, ha..”.
Walaupun aku kesal sama Mas Adit karena sering dengar cerita dari mulut ke mulut tentang pacarnya yang berganti-ganti, aku tetap tidak akan sejauh itu. Namun dari berbagai sumber akhirnya aku tahu bahwa apa yang diceritakan Indri adalah benar adanya.
Dengarkanlah kisah mereka..
Di Atas Kijang Yordanian
Dalam rangka persiapan perkawinan putri pertamaku aku perlu menyempatkan diri nyari kain untuk berbagai keperluan upacara. Dari teman tetangga aku diberi informasi bahwa di Pasar Tanah Abang banyak dijual bermacam-macam kain sesuai keperluanku. Iseng-iseng mumpung suamiku lagi kerja aku pergi sendiri ke Pasar Tanah Abang.
Ternyata benar. Di tempat itu banyak kios-kios yang menjual berbagai macam kain. Rencanaku hari ini hanyalah sekedar melihat-lihat lebih dulu. Aku memasuki sebuah toko yang terang benderang. Di etalasenya nampak terpajang beratus-ratus pilihan kain lokal maupun import. Mataku tak bosan-bosan memandangi koleksi toko ini hingga tak kusadari ada seseorang yang mengikuti aku,
“Pilih yang mana Bu?”, rupanya aku sedang berhadapan dengan pemilik toko.
Seorang yang masih muda, aku taksir belum 30 tahun. Dari sosoknya yang tinggi jangkung dengan wajah Semit berkumis dan jambang dia tersenyum padaku sambil menawarkan barang dagangannya. Tampang dan warna kulitnya yang putih bersih nampaknya dia berasal dari Yordania. Memang orang Yordania terkenal kulitnya putih hampir mendekati Eropah. Wanitanya juga terkenal kecantikannya. Tentu saja lelakinya ya.. Banyak yang tampan macam pemilik toko di hadapanku sekarang ini.

“Nggaakk.. Aku baru senang melihat-lihat. Mungkin beberapa hari lagi aku akan membeli untuk acara perkawinan anakku”,
“Wwoo.. Ibu mau mengawinkan anak? Memangnya ibu sudah punya anak?”.
Aku pandangi dia. Matanya benar-benar menunjukkan keheranannya. Tentu saja hatiku bangga. Keheranan orang Semit ini merupakan pujian yang jujur padaku.

“Benar Bu, saya heran. Karena ibu nampak masih muda banget, paling baru berusia 28 tahunan”,
“Saya hampir 40 tahun. Anak saya yang mau kawin ini perempuan umur 22 tahun”, aku menerangkan padanya. Dan dia tak lepas-lepasnya memandangi aku. Aku mulai risih. Pandangannya semakin lama semakin lain. Naluriku berkata, dia tertarik secara seksual padaku.
Aku pernah dengar banyak lelaki muda yang lebih bergairah tidur dengan perempuan yang jauh lebih tua. Dia sudah mendengar usiaku tadi. Dia juga terheran akan panampilanku yang jauh lebih muda. Dia sudah bisa menghitung, setidaknya selisih umurku dan umurnya 10 tahunan.
Mungkin orang-orang muda macam itu sering mengkhayal, perempuan seumurku akan lebih ‘hot’ kalau berhadapan dengan lelaki seumurnya. Aku jadi pengin tahu. Seberapa jauh hasratnya tertarik pada diriku. Aku melangkah ke etalase berikutnya yang semakin masuk ke bagian dalam tokonya. Aku berpura-pura tertarik dengan salah satu kain yang terpampang.
“Biar saya ambil, nanti ibu bisa meraba-raba punyaku”, aku tersentak. Apakah memang dia mampu berbahasa Indonesia secara benar? Ataukah persepsiku yang menyimpang? Aku jadi penasaran.
Setelah gulungan kain itu dia taruh di meja, memang tanganku langsung meraba-rabanya. Kain yang lembut. Mungkin berbahan sutra campuran.
“Bagaimana Bu? Halus ya? Daan.. Eehh.. Tangan ibu juga.. Halus banget nihh..”, dengan beraninya dia merabai tanganku. Bahkan kemudian memegang dan meramas. Aku terdiam. Pertama kaget. Kedua aku merasa seperti kena stroom listrik ribuan watt. Sudah beberapa bulan suamiku tidak menyentuh aku secara seksual. Kini ada pria asing menyentuh tanganku dan meremasnya. Dan lebih-lebih lagi tangan pria ini, sebagaimana pada umumnya pria Semit, dipenuhi bulu tangan yang lebat.
Ada semacam kebanggaan yang menyelinap di hatiku, bahwa ada pria asing berusia muda yang masih tertarik dengan aku. Darahku langsung naik kekepala. Mataku nanar kemerahan menahannya. Aku tak berani memandang pria Semit ini. Dan yang sungguh-sungguh tak kusegaja, tiba-tiba tanganku bergerak membalas remasannya. Aku jadi blingsatan dan bingung. Pasti dia memastikan bahwa aku menyambut hasrat syahwatnya. Aku masih terheran, kenapa tanganku balik meremasi tangannya. Adakah itu naluri dari hatiku yang paling dalam?
“Ibu boleh meraba-raba punyaku..”, aku mendengar mulutnya berbisik sambil menarik tanganku turun dari meja untuk merabai selangkangannya.
Aku seakan hendak kelenger. Lelaki Semit ini kelewat berani. Dengan menggunakan gulungan kain sebagai tirai, tanganku ditariknya untuk meraba bayangan kontolnya yang besar dan hangat dari balik celananya. Kontolnya yang betul-betul sangat besar, panjang dan hangat langsung melambungkan khayalanku pada VCD porno yang pernah aku tonton. Tentu sangat sensasional bisa merabai seperti yang aku lakukan sekarang ini. Aku meremasi bayangan kontol gede di balik celananya itu sambil mendesis menahan hasrat syahwatku yang menggelegak. Aku tersiksa dalam badai birahiku.
“Mau ke mobilku..? “, dia kembali berbisik.
Aku tahu apa yang dia inginkan, dan yang juga aku inginkan, namun aku tak mampu menjawab. Suaraku hilang. Tenggorokanku terasa kering. Aku merasa sangat haus. Aku luluh. Tulang-tulangku serasa lolos dari dagingnya. Dan aku lunglai saat lelaki Yordania ini menuntun aku keluar toko sambil berpura-pura membawa kain sutra tadi untuk memberikan kesan bahwa dia akan mengantar aku menuju kendaraanku.
Dia membawa aku ke basement dimana mobilnya diparkir diantara ratusan mobil yang lain. Sepertinya sudah dipersiapkan sebelumnya, lokasi mobilnya ada di paling ujung dan menyendiri.
Dia membukakan pintu Toyota Kijang barunya dan menuntun aku duduk di joknya. Lantas dia berputar ke depan membuka pintu dan duduk di belakang kemudi. Dia nyalakan mesin dan AC-nya. Seketika udara sejuk memenuhi ruangan mobil Kijang ini. AKu merasa sangat nyaman.
Sepertinya dia juga sangat dahaga dan ingin selekasnya menghapus dahaganya, dia rentangkan kursinya ke belakang dan telentang. Tangannya cepat mencopoti kancing celananya dan mengeluarkan kontolnya. Dia menegok ke arahku sambil mengayun-ayunkannya. Dia pamer kontolnya yang telah ngaceng dan wwuuhh.. Aku tak tahan lagi untuk sekedar melihatinya. Mungkin dia memang seorang ‘exhibitionist’. Namun kuakui bahwa kontol yang sangat indah di mata dan hatiku itu membuat tubuhku panas dingin.
Kemudian dia raih tanganku yang gemetar untuk dipegangkan dan diremas-remaskan ke kontolnya itu. Tanganku juga mengelus dan mengocokinya. Aku terjerat dalam nikmat yang sangat sensasional. Aku melihati betapa bonggol kontolnya begitu berkilat karena tegangnya desakan darah birahinya. Lubang kencingnya nampak menantang dengan precum yang menitik bening macam air suci pegunungan.
“Jilati Bu.. Cium Bu.. Ayo jilat Bu..”, Yordanian itu menawarkan dengan mengasong-asongkan bonggol kepalanya itu ke arahku. Kemudian tangan kirinya meraih rambutku dan menekannya untuk merunduk menjemput kontolnya.
Aku memang sudah terobsesi. Aku sudah tak mampu menghindari situasi nikmat ini. Aku telah larut dan tenggelam dalam hasrat birahiku. Aku merunduk mengikuti tuntunan tangannya sambil membuka mulutku. Aku mulai dengan menjilat lubang kencingnya. Kemudian menyapukan lidahku ke bonggol kepalanya, mengecupi dan akhirnya melumati seluruh kontol Semit yang bersih dan gede banget ini.
Dengan tangan kananku menggenggam batangnya dan tangan kiriku mengelusi dan meremas-remas bijih pelirnya aku mulai memompa. Seketika aku mendengar lenguh Yordanian ini. Dia meracau..
“Enak buu.. Tereuzz.. Hhuucchh.. Enak bangeett.. Terus buu..”. Suaranya yang begitu tersendat-sendat karena terpaan nikmat mendongkrak hasrat birahiku. Aku mempercepat isepanku.
Pantat Yordanian yang mulai tak mampu menahan derita nikmatnya berkejat naik turun menjemputi isepan bibirku pada kontol gedenya. Dan semakin cepat, semakin cepat.. Akhirnya sperma Yordanian ini tumpah ruah dalam mulutku. Aku lahap karena rasanya yang sangat nikmat banget. Aku jilati yang tercecer di perutnya, di jembutnya. Dia mengerang..
Keadaan menjadi hening. AC mobil mulai terasa sejuknya. Aku masih ingin menciumi tubuhnya yang putih penuh bulu itu. Aku ingin mendengar racaunya saat melumati puting susunya. Namun nampaknya selera seksual Yordanian muda ini telah lenyap bersama keluarnya spermanya yang berlimpah tadi. Dia memasukkan kembali kontolnya dan membetulkan kancing celana dan bajunya. Dia merogoh dompet dan mengambil beberapa lembar Rp 100 ribu-an untuk diserahkannya padaku.
Dalam keadaan normal seharusnya aku tersinggung karena jelas-jelas menganggap aku sebagai pelacur. Namun entah bagaimana, ketersinggungan atas anggapannya sebagai pelacur ini justru menghadirkan nikmat erotis yang lain. Biarlah, aku rela menjadi pelacur Yordanian yang tampan ini. Bahkan misalnya dia meludahi akupun, aku akan senang hati membuka mulutku dan menelan buangan ludahnya.
2 lelaki dan aku
Bosan bengong di rumah aku iseng jalan-jalan ke Proyek Senen. Aku pengin lihat-lihat barang klontong di sana. Sekalian pengin merasakan Soto Sulung yang terkenal di tempat itu. Sekitar jam 10 pagi itu dengan taksi aku meluncur ke Proyek Senen.
Ternyata banyak barang-barang baru yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Ada macam alat masak yang bisa kukus. Ada gantungan baju lipat. Ada pangangan kue listrik. Ada penggorengan yang tidak lengket, ada alat penyedot tubuh buatan China saat kita masuk angin dan sebagainya. Aku berniat kalau ada uang akan belanja alat-alat itu.
Saat lapar tiba aku naik ke lantai 2 menuju ke blok D yang menghadap ke jalan Senen Raya. Di tempat itu aku duduk pesan Soto Sulung spesial. Aku juga minta orang juice dingin. Beberapa waktu aku bisa duduk santai sambil menikmati makanan dan minumanku.
Ketika aku melihat jam tanganku, tak terasa ternyata jam telah menunjukkan pukul 1.30 siang. Aku sebaiknya pulang sekarang. Aku panggil pelayan untuk membayar.
Namun pelayan itu datang memberi tahu bahwa semua makananku telah dibayar oleh tamu yang duduk si pojok sana itu, sambil tangannya menunjukkan ke arah yang dia maksud. Ketika aku melihat ke arah itu kulihat ada dua orang, relatip muda, dan salah seorangnya melambaikan tangannya padaku. Siapa itu? Rasanya aku belum pernah mengenalnya.
Melihat keraguanku lelaki itu berdiri dan melangkah mendekat ke mejaku. Aku tetap tidak mengenalnya.
“Surti, kan? Aku Ridwan teman SMA 22. Ingat?”, yaa.. Aku coba mengingatnya..

Sudah lama banget, mungkin sekitar 8 tahunan yang lalu. Banyak yang telah hilang dari memoriku. Namun untuk tidak mengecewakannya aku mengangguk sambil tersenyum. Sementara dia mengulurkan tangannya yang juga segera aku jabat sebagai kawan yang memang telah lama tidak berjumpa.

“Mborong nih ya?”.
“Ah, enggaakk.. Hanya iseng saja”, aku asal jawab.
“Kalau iseng ajak-ajak dong”, dia menyambar ucapanku.
“Eii.. Aku kenalin nih, teman sekantorku”, dia raih tanganku dan gandeng ke mejanya.
Dia kenalkan temannya Tanu, orang cina. Aku diminta duduk dulu bersama mereka. Sungguh mati, aku terus mencoba mengingat orang yang mengaku teman SMA ini namun tak juga ingat. Dia tahu namaku. Ya sudahlah, toh mereka nampak sebagai orang-orang baik. Dan lagian, mereka berdua ini sama manis dan gantengnya. Si Ridwan, jelas orang Jawa, jangkung dengan kulitnya yang kecoklatan, tampilannya bersih dan sehat.
Si Tanu, jangkung juga, matanya yang sipit dan senyumnya yang menawan mengingatkan salah seorang presenter MTV yang China itu, aku lupa namanya. Dan mereka menyambut aku dengan hangatnya. Ridwan secara santai meraih tanganku sambil ngomong..
“Cerita dong, berapa anakmu? Mana suamimu? Kerja apa sekarang kamu?”, aku mencoba menjawab sedapatnya.
Namun matanya itu, mata Ridwan, sepanjang aku ngomong menatap aku begitu tajam sambil tangannya mulai meremasi tanganku. Sementara Tanu hanya menebar senyuman manisnya setiap mendengar omongan kami berdua.

“Kan lama nggak jumpa, bagaimana kalau kita jalan-jalan bareng yuk. Kita kangen-kangenan sambil ngobrol. Aku masih ingat lho, Surti jadi Ratu SMA 22. Kamu dulu memang paling cantik dan seksi lho”, sambil tangannya semakin seru meremasi tanganku.
“Sekarang juga tetap sangat cantik dan semakin seksi”, timpal ’sok tahu’ Tanu memecah kebisuannya.
Aku jadi tersanjung pada omongan mereka berdua. Dan rasanya aku nggak mau bikin mereka kecewa. Aku turuti kemauannya untuk jalan-jalan bareng. Aku bangkit dari kursiku mengikuti langkah kemana mereka. Ridwan meraih lenganku, menggandeng seperti pacarnya. Aku mengingatkan,
“Nanti teman suamiku ada yang lihat, bisa berabe aku”, aku melepaskan gandengan tangannya.
Kami menuju mobil Tanu di lapangan parkir. Ridwan mengusulkan aku duduk bertiga di depan agar bisa ngobrol lebih santai. Aku setuju saja saat Tanu membuka pintu untukku dan meminta aku duduk di tengah antara mereka berdua. Begitu meluncur di jalanan tangan kanan Ridwan merangkul pundakku sambil bertanya padaku,

“Kemana kita Surti?”.
“Terserah kalian, khan kalian yang ngajak aku”, jawabku.
“Bener nih, terserah kami?”.
“Iya dong, aku khan tahu diri. Ha, ha, ha..”.
“Wah, wah, wah.., disamping tetap cantik dan seksi, rasa humormu dan ketawa renyahmu rupanya nggak juga hilang Rusti”, komentar Ridwan pada jawaban dan ketawaku.
Sementara tangan kirinya kembali meraih dan meremasi tanganku. Aku diamkan. Aku mulai menikmati remasan tangan ini serta pujian-pujian yang mereka lontarkan padaku. Dan tanpa sadar aku membalas remasannya.

“Jangan ngiri lu”, kelakar Ridwan pada Tanu saat temannya itu melirik tangan kami yang saling meremas.
“Nggaklah.. Aku khan bisa juga kalau lagi tidak oper presnelling, nih..”, sambil tangan kirinya meraih tanganku yang lain.
Dan untuk menyegarkan suasana aku sambut pula tangan Tanu serta membalas pula remasannya. Begitulah kami berakrab-akrab sepanjang jalanan.
Aku nggak tahu lagi, kemana Tanu membawa mobilnya. Aku mulai menikmati ‘dikeroyok’ 2 lelaki tampan macam sekarang ini. Tangan-tangan mereka sama-sama meraih dan meremasi tanganku dan secara bersamaan aku membalas remasannya. Dan diantara remas meremas itu terkadang ada satu dua remasan yang saling kami lepaskan dengan penuh hasrat birahi. Aku terkadang memerlukan sedikit menutup mataku untuk merasakan getaran hangat yang mengalir dari tangan-tangan mereka berdua.
Sudah 2 jam tanpa terasa kami merambati jalanan metropolitan ini. Sementara suasana ke-akraban diantara aku dan mereka semakin menghanyutkan hasrat dalam sanubariku ketika tiba-tiba mobil Tanu berbelok memasuki sebuah gerbang tinggi yang anggun. Di balik gerbang itu nampak terhampar taman yang indah dengan panorama laut Jawa.
“Kita istirahat disini sambil menikmati panorama Kepulauan Seribu. Kita bisa pesan makanan dan minuman yang khas sesuai suasana Pondok Putri Duyung ini”, terang Ridwan sebelum aku bertanya mau kemana kita ini.
Aku baru menyadari bahwa kami telah memasuki kawasan Ancol tempat rekreasi terbesar di Jakarta. Ridwan menuntun aku untuk turun sementara kulihat Tanu bergegas menuju bangunan kantor Pondok Putri Duyung ini. Tak lama kemudian nampak Tanu keluar kantor itu dengan gantungan kunci berlambang ikan duyung di tangannya.
“Kita istirahat di Kakap, anda berdua bisa jalan kaki menuju bangunan itu, aku ambil mobil menyusul kesana”, Tanu menyerahkan kunci Kakap kepada Ridwan.
Banyak bangunan pondok-pondok di situ yang dinamai dengan ikan-ikan Kerapu, Kakap, Belanak, Alu-alu dsb. Aku merasakan ada sebuah ‘konspirasi erotis’ yang sangat lembut sedang menggiring aku masuk ke dalamnya. Aku sendiri nggak tahu kenapa, tak ada keinginan untuk protes. Aku telah dibawa hanyut oleh hasrat sanubariku.
Bahkan aku sama sekali tidak berpikir keadaan suamiku. Sedang apa dan dimana dia. Bahkan justru aku memantabkan sikap diriku, apa salahnya sesekali aku melakukan hal-hal seperti ini.
Mobil Tanu mendahului langkah-langkah kami. Tempat istirahat yang bagus dan nyaman. Aku nggak kuatir akan ada orang yang melihat aku santai di pondok ini. Kami bertiga memasuki pondok Kakap. Ridwan membuka ointu dan menyilahkan aku masuk terlebih dahulu. Sikap yang aku sangat senangi. Mereka berdua sungguh-sungguh memandang aku sebagai ‘diva’. Aku semakin merasa tersanjung.
Kami memasuki ruang tamu yang mewah namun akrab dengan atmosfir kampung nelayan. Ada dekorasi potret perahu Bugis, ada gantungan baju yang berlatar bentuk ikan dan sebagainya. Aku langsung menghampiri beranda untuk menangkap angin laut dari Kepulauan Seribu. Aku berdiri disana dan memandang jauh. Nampak perahu-perahu nelayan diantara bagan penangkap ikan. Sungguh romantis suasana di pondok Kakap ini.
Tiba-tiba dengan sangat lembut ada dua tangan menyelinap pada pinggulku. Sebuah bisikan serak-serak menahan hasrat terhembus ke telingaku,
“Apa yang kamu lihat cantik?”, bisikan itu seakan melayang dan langsung hilang dibawa angin laut. Sebagai gantinya sebuah bibir hangat memagut kemudian melumat dengan sangat lembut pada leher tengkukku. Aku tergetar hebat dan menggeliat. Sanubariku bak diterpa gelombang ‘tsunami’ terlambung tinggi melanda pucuk-pucuk syahwatku. Dan tanpa kusadari sepenuhnya, tanganku merengkuh tangan-tangan itu dan kami saling berpeluk.
Ternyata Tanu. Dia selangkah lebih awal dari Ridwan yang teman SMA-ku. Sementara Ridwan masih menelpon Room Service untuk pesan makanan dan minuman Tanu sudah tenggelam bersama aku dan saling berpagut.
Aku tergila oleh lidah Tanu yang merangsek dalam mulutku. Aku membiarkan dia menyedoti ludahku. Aku benar-benar merasa sangat aman dan nyaman dan ingin melepaskan sepenuhnya naluri liar dari hewaniah-ku. Sambil mengerang dan mendesis tangan-tanganku memeluk keras dan melepaskan cakarannya pada punggung Tanu. Hhmllmm..
Tiba-tiba angin laut menyingkap rok bawahku. Ada bibir lain yang mulai melata di betisku. Ridwan jongkok meraih dan melumat tungkai kakiku. Kini aku merasa benar-benar seperti anak rusa yang lumpuh dalam terkaman pesta 2 serigala. Mereka melahap apapun yang moncong-moncong mereka temukan. Aku bergidik. Nikmat nafsu birahi ini seakan tak mampu aku memikulnya. Aku mendesis-desis melepaskan rintihanku. Tanganku meronta mencari jambakan. Rambut Tanu aku cabik-cabik sebagai pelampiasan gejolak syahwatku.
Kini mereka menggiring aku ke sofa di ‘family room’ pondok Kakap yang indah ini. Mereka menyandarkan aku ke senderannya. Tanu melepasi blusku dan Ridwan melepasi rokku. Dan aku tergolek hanya dengan BH dan celana dalamku. Tanu langsung merambah kembali bagian atasku. Dia tancapkan bibirnya ke leherku dan kemudian melata dengan lumatannya ke ketiakku, ke dadaku. Dia menyedot-nyedot begitu nikmat puting payudaraku.
Ridwan kembali jongkok. Kini rambatan mulutnya sudah melumati kedua tungkai pahaku. Dia sedang menuju pangkal paha dan selangkanganku. Aku merasakan betapa setiap inchi dia meninggalkan tanda cupang-cupang pada lereng pahaku yang putih bersih ini. Aku melayang dalam nikmatnya korban pesta para pemangsa. Aku terbang ke awang nafsu birahiku. Aku tak mampu lagi menahan hasrat liar hewaniahku. Aku meraung-raung dan menggelinjang dengan hebat..
“Ampuunn.. Jangaann.. Aayyo.. Aku tak tahan Mas Mas mass.. Cepat.. Manaa..”, aku sendiri tak tahu makna apa yang kuraungkan. Yang jelas tubuhku seakan dirayapi berjuta-juta kelabang. Aku meronta-ronta. Bukan untuk melepaskan diri tetapi untuk membiarkan kelabang-kelabang itu terus melahapi diriku.
Tiba-tiba Ridwan melipat kakiku hingga menyentuh perutku. Di bawah sana aku merasakan sebuah bonggolan mendesaki lubang memekku. Kontol Ridwan berusaha menembusi lubangku. AKu sama sekali tidak menyadari kapan dia telah melepasi pakaiannya. Kini Ridwan bersama Tanu telah telanjang bulat.
Sementara di mulutku aku merasakan ada batang kenyal yang hangat menggosok-gosok bibirku. Aku baru menyadari bahwa Tanu ingin aku mengisepi kontolnya. Kini dua kontol serigala ini berusaha menembusi 2 lubangku secara berbarengan.
Bagaimana aku mengelak, sementara nafsu birahiku sendiri demikian menggelegak untuk secepatnya menjemput orgasmeku. Aku melahap kedua kontol itu ke lubang-lubangku. Kemudian aku nggak tahu lagi. Aku telentang di atas sofa dengan 2 lelaki yang sedang merangseki tubuhku. Dua-duanya mengayun-ayunkan pantatnya mendorong-dorongkan kemaluannya menembusi mulut dan memekku.
Sekali lagi ini adalah ‘konspirasi erotis’ penuh birahi. Seperti symphony “I Had a Dream’-nya iklan rokok di TV, yang satu menggesek, yang lain memukul dan aku menggoyang. Kami mendaki puncak syahwat secara berbarengan. Aku yang pertama berteriak histeris karena sergapan orgasmeku. Kemudia Tanu menyemburkan spermanya di mulutku yang membuat aku tersedak dan gelagapan. Dan cairan hangat yang melimpah ruah ditumpahkan kedalam lubang rahimku oleh Ridwan. Symphoni ini mungkin bisa menjebolkan sofa pondok Kakap yang indah ini.
Kami bertiga langsung terkulai dalam keadaan telanjang di sofa dan karpet. Angin sepoi terdengar menyapu gordyin mengiringi debur ombak halus yang memukul pantai Pondok Putri Duyung. Kami bertiga menarik nafas-nafas panjang kami.
Sekitar 3 atau 4 jam kami memuas-muaskan diri. Kami saling mengumbar hasrat birahi kami. Segala kerinduan dan obsesi kami tumpahkan dalam pondok Kakap yang indah ini. Entah berapa liter aku dijejali sperma dua lelaki ini ke mulut dan memekku. Yang aku tahu hanyalah sisa-sisa dan jejak hewaniah mereka di tubuhku. Cupang-cupang tertebar di seantero tubuh putihku. Entah bagaimana nanti aku harus mempertangung-jawabkan pada suamiku. Aku tak pernah menyesali apa yang pernah terjadi. Que Serra Serra.
Di atas taksi yang membawaku pulang aku ingat ada alat penyedot tubuh buatan cina untuk saat kita masuk angin. Aku langsung tepuk punggung si sopir taksi. Aku minta diantar ke Proyek Senen saja. Aku bergegas turun dari taksi menuju toko penjual alat penyedot itu.
Saat suamiku pulang, sekitar jam 8 malam, aku sedang setengah telanjang dengan tubuh yang dipenuhi bilur-bilur merah akibat sedotan buatan China itu. Dan walaupun hasratku syahwatku masih padam karena sudah terkuras oleh 2 lelaki di pondok Kakap siang tadi, malam ini aku masih menunjukkan semangatku untuk melayani permainan ranjang suamiku.
»»  read more

Lebih Dari Suamiku

setiba malam di rumah nenek aku sangat senang karena suasana daerah yang berbeda, malam itu aku di sambut dengan nenek dan kakak sepupu ku, tapi kulihat kakak irma banyak perubahan, dia agak lesu dan kusut seprti orang kurang percaya diri, melihat laki-laki, yang ku tahu dia sudah bercerai 1 thn lebih, ketika lulus kuliah memang dia langsung kimpoi, tapi penyebab dia bercerai aku masi ragu, tapi semua hanya ku pendam dalam hati ku, semua adalah keperibadian dia, aku menangapai dengan santai sebab liburan naik kelas dua ini aku hanya mau istirahat, kakak rima mengajar di slah satu smp swasta di kota tersebut, memang umurnya masi sekitar 28 tahun, dia sebenarnya cantik dan seksi karena dia memeliki beban metal jadi bawa diri itu yang membuat seperti itu.
Malam itu kami becerita namun kakak irma menatap ku seperti benci dengan lak-laki, bima.., iya nek.. sini nonton sama kami, ketika aku nonton suara tv agak keras sedikit, nenek pun sudah kurang pendengarnya, tak lama aku menonton kakak rima bergegas ke kamar, rima kamu mau ke mana, aku mau tidur nek, besok ada penerima siswa baru, aku musti ke sekolah, selama dua hari aku di perlaku sekilas saja, rupanya siang itu setelah aku dan nenek merapaikan perkarang dan taman nenek, aku msuk dan minum, nenek duduk di meja makan sambil melepaskan sarung tangan, bima ambilkan nenek gelas, iya nek.., bima aku mau cerita tentang kakak mu si rima, kak rima itu adalah sama dengan kamu, sama2 cucu nenek, cuman dia dari suami nenek pertama, anak nenek dari suamai pertama ada 5 dan setelah kakek rima meninggal, nenek menikah lagi sekitar 3 tahun kemudian dengan sahabat perang kakek rima, dan memeliki anak a jadi ibumu itu anak ke 8, ibu mu dengan ibu rima dulu akrab ibu rima yang paling sayang ama ibu mu, kemana aja di gendong, oh ditu ya nek, rima itu cucu nenek perempuan ke dua, kamu cucu pertama laki2 dari kakek mu maka dari itu aku memawa dia kesini untuk menemani aku, setelah bercerai, sunguh sedih nasib dia, aku sayang sekalian dengan irma, kok bisa bercerai, iya dia sudah menikah 3 tahun tp tidak memeiliki keturan, ketika dia cek kedokter, dia di fonis mandul dan ganguan rahim, tanpa pikir panjang aku lngsung membawa dia, dia hampir gila karena ini semua, dan lakinya langsung menceraikan, di sinilah nenek meyakinkan dia, untuk tetap mengerti dan menerima semua, bima tapi kau cukup tau saja ya, jangan sampai dia tau, kasihan dia.
seandainya ada yang bisa bikin dia semangat pasti rumah ini tidak sepi, aku ingin rumah ini ceria dan ramai, kok gitu nek, setiap ada acara keluarga dia selalu memelih untuk di rumah. Aku jadi sedih, tapi itu pula kemau dia, ya aku diama saja, tak lama bercerita, kakak rima pulang, eh rima sudah pulang kamu, iya nenek sekolah kami sekarang ini banyak menerima anak baru, hampir 7 kelas unutk tahun ini, cukup lumayan untuk peningkatan sekolah kami, nek.. aku mau minta pendapat, 3 minggu lagi aku mau di tes menjadi wakil kepala sekolah.. gimana nek.., wah bagus tuh, nek aku kekamar dulu ya, nah bim.. kamu lihat itu saja kerjanya, bicara sebentar langsung kekamar, jadi tak bisa berharap besar, ya sudah lah nek, nenek langsung menuju kamarnya, aku berniat mandi tak sengaja kulihat dia dari celah pintu yang sedikit terbuka sedang menyisir, kakak rima memang masih cantik, hey ngapai kamu…, aku langsung terbengon, ah ngak kakak, aku mau mandi kok, ya udah sana mandi, aku langsung menuju kamar mandi dan membayangkan kakak rina, bima kamu dimana, mandi nek, cepet ya nenek ada perlu, aku langsung menyelesaikan mandi dan berpakaian langsung menuju ke kamar nenek, apa nek, tolong kamu belikan obat nenek di apotik, iya nek.. eh ongkosnya nek, pake motor kakak rima aja, iya nek, aku langsung menuju kamarnya, kakak aku boleh pake motor, mau kemana kamu, aku di suruh nenek beli obat, dia mebuka pintu langsung meberikan kunci, hati kamu pake barang aku ya, oke bos, apa kamu bilang bim.., iya kakak ku yang cantik dia tersenyum hanya 0,001 persen, oh sunguh berat hidup ini, susah mencari senyum. Malam itu kami ngumpul di ruang tv dia mulai berbicara, walaupun hanya beberapa kata, rima.., iya nek.
besok aku mau ada acara di gedung darma wanti ada arisan veteran, aku minta di antar bima, boleh pake motor kamu jam 1 mungkin, tapi nek, iya nenek ngerti kamu butuh, tapi nenek tadi telepon papa kamu ngak bisa, jadi karena ada bima ya nenek minta tolong saja, gini aja kamu pagi di antar ama bima nanti siang pulang di jemput, nenek jam 6 udah pulang kok paling diantar ama bu bondan, iya kalau gitu. Pagi menjelang aku di Bangui oleh nenek, bima kamu bangun kamu digigitin nyamuk tak terasa gimana sih kamu, aku langsung mengantar kakak rima kesekolahnya, selama di perjalan dia tidak ada bicara 1 kata pun kulihat dekat sekolahnya, ada polisi tidur pura meleng sedikit, aduh.. bima pelan dong, terasa buah dadanya tersentak, eh maaf kak…, bima masi ngantuk, sesampai depan sekolah dia langsung mewanti-wanti aku , kamu bawa nenek pelan ya, oke kakak yang cantik, apa sih kamu, aku langsung pulang dan ku bayangkan dia mulai bebicara walau hanya sepatah dan wajahnya yang cantik, siang itu ketika aku hendak mengatar nenek hari mulai gelap, telepon rumah berbunyai, aku kembali mebuka pintu dan mengangkat tlp.

Halo bima..
Iya ini sapa..
Kak rima.. apa kamu belum berangkat baru aja mau jalan,
Ya udah cepat antar hari mau hujan terus jemput aku ya,
Oke kakak ku,
Aku mengantar nenek dan langsung menuju sekolah kakak rima, ku rasakan hari mulai gerimis, aku langsunng melaju dengan motornya, kulihat dia menunggu di depan gerbang, aku langsung pulang, baru 500 mtr hujan mulai turun lama mulai lebat baju ku basah, begitu juga kakak rima, bima terus langsung pulang aja, ya kakak, dia memegang pingang ku, pelan sedikit bima, iya kak, kami sampai di rumah, kakak rima membuka gerbang dan menunggu motor di masukan, aku langsung menuju teras rumah dia menutup gerbang dan menuju ku, mana kunci rumah, kulihat baju basah dan buah dadanya yang besar berceplak sehingga terlihat model bentuk Bhnya, kami langsung masuk, dia langsung menuju kamar dan mengambil handuk, ketika itu aku juga ingin mebilas badan ku jadi aku hanya mengunakan handuk karena baju sudah basah kuyup, ketika hendak lewat kakak rima berlari kecil di depan ku dari kamar mandi.
entah setan dari mana aku langsunng masuk kekamarnya da memeluknya, bima.. apaan kamu, plak.., aku semangkin memeluk dia semangkin berontak, dan mencium bibirnya, dia berusaha berontak, aku terus mencari bibirnya, sehingga handuk agak tersisi dan buah dadanya terlihat, aku langsung meremasnya, bima kamu gila, aku gila dengan mu kak, aku langsung membuka handuk ku, batang ku mulai tegang dan menyetuh pahanya, dan menyedarkan kakak rima ke diding, bima apa apaan sih kamu, batangku semangkin tegang aku berusa membuka handuknya, dia sdikit menahan, tapi lama terlepas, dan aku mecium bibirnya dia masih berontak, lama aku semangkin nafsu, bima sudah.. jangan kau lakukan, aku menusuk pelan batangku , lalu ku rengangkan kakinya dangan kaki ku, tangan ku mulai meraba buah dadanya, dia semangkin berusa berontak, aku mulai measukan batang ku ke vaginanya, bima jangan, bima sudah perbuat gila mu, aku terus measukan batang ku, bima… jangan, lama batangku semangkin dalam masuk, di mencoba mendorong tubuh ku, aku semangkin mengila.. menyodok batangku, kak rima, bima tau semua tentang mu, biar bima senengin kamu, kamu gila bim.., batang ku semangkin amblas, dia merasakan, dan mulai lemas karena ku pasak menempel di dinding, aku semangkin mengoyangkan pantat ku, walaupu dia agak shok tapi dia merasakan batangku, keluar masuk, bima sudah, kak aku mengerti kamu butuh biologis mu terpenuhi, kamu gila bima.., dia terus menhan badanku, aku semangkin mengenjot lebih cepat sehingga dia terus menikmati, sudah lebih dari 12 menit, batang ku mulai mencapai kelimax, ach..ach.. crot air mani ku kutambak di dalam, dia menolak tubuh ku dan berbaring di kasur, aku langsung mencium keningnya.
aku keluar dengan rasa puas, dia lalu mengunci kamar, dan keluar lagi ketika nenek pulang kulihat dia benar marah, dia tidak pernah mau melawan nenek apa yang di bilang pasti di turuti walau hatinya malas. Rima.. makan yuk, kami makan dia benar2 diam seribu bahasa, setelah itu, lalu dia kembali ke kamar, nenek menuju kamarnya kamu kok lain ama bima, aku benci dia, dia bawa motor ugal-ugalan, ya sudah jangna marah, suruh dia pulang aku benci dia nek, ah kamu rim masa gitu aja marah kalian kan kakak adik.. jangan saling membenci lah, apa yang harus nenek perbuat, aku mendengar apa yang di bilang kak rima, kenapa dia tidak mengadu perbuatku, nenek pun keluar, aku dan nenek nonton tv, bima nenek ngantuk rasanya caoek sekali hari ini, nenek langsung masuk kamar, tak lama keluar lagi, rima sini nenek mau bicara, bima sini kamu.., kak rima keluar dari kamr, sini kalian duduk, kalian kenapa, ah ngak apa kok nek jawab aku, benar ngak ada masalah, rima kamu tuh berubah dikit, aku benci lihat dia nek, gini supaya kalian akrab kalian ku suruh tidur bersama bima kamu pake kasur mu tidur kamar kak rima di bawah, apa nek.. rima ngak mau, bima terserah nenek, ya udah rima ini adik mu juga kan, kalau kalian saling membenci akan abis rasa saudara kita, ya udah nenek mau tidur, kak rima langsung menuju kamar, tapi kamar tidak di kunci, tak lama aku masuk dan mengelar kasur di bawah.
aku berbaring, aku langsung mencoba memanggil tapi dia tak menjawab, lalu aku naik tempat tidurnya, ka.. ka.. maaf bima ya, ka rima mengangis, kau jahat bima aku benci, aku langsung tak bisa berbuat apa lagi, kau tau apa yang tadi siang kau perbuat, kau telah menghancur apa yang telah hancur dalam diri ku, sambil terseduk, aku minta maaf kak, bima seharusnya tak kau lakukan perbuatan bejat itu, aku manusia yang hina dan di campakan suami ku, memang aku tak bisa memberikan keturan pada suami ku, adalah hal yang pahit buat ku, semua naluri ku terhadap keinginan untuk biolgis ku pun sudah ku pendam namun kau datang dengan menghina ku, seperti ini bim, aku benci kamu bim, kak aku minta maaf.. ka, maaf tidak pernah mebuatku senang aku masih terpukul dengan ini semua, aku bergegas keluar, bima kamu benar2 jahat, kak rima berdiri, aku sudah hancur, dan sekang kau mangkin hancurkan diri ku, ketika aku mencapai pintu, dia menampar ku, plak.. kau memang kurang ajar, air mata semangkin deras mengalir, aku terdiam di depannya dan tidak bisa berbuat apa lagi, dia mengunci pintu, bima apa mau sekarang, kak maafkan aku, plak..aku pun di tamper lagi.., dan menunduk, nih pisau kau bunuh saja aku, gila kamu kak, ayo bunuh biar nafsu puas, dia membuka tali dasternya sehingga jatuh bajunya, apa aku mau perkosa aku lagi ayo, air mata yang semangkin bercucuran, membuat ku lemas, ayo bim.. sandarkan aku ke dinding, sambil membuka BH dan CDnya, nih teteku isap, ayo bim…, kak maafkan aku, aku langsung menarik bajunya dan menutup tubuhnya.
ka rima.. aku benar kilaf aku.. ngak sengaja, kau bener ngak ngerti perasan ku bima, aku tinggal di rumah ini untuk menutupi aib ku dari semua ini, kak maaf kan aku, aku langsung memeluknya, dan melemparkan pisau dari tangannya, dia langsung memeluk ku, dan tetap menangis, aku sudah tidak punya arti bim, kenapa kau lakukan ini semau, kak.. aku minta maaf.. maafin aku ya, dia tidak menjawab, aku langsung menunutn ke tempat tidur dan mendudukan, aku langsung keluar dan mengambil air putih, kak minum dulu, nih, setelah minum aku meletakan gelas dan menuju kamar mandi aku berpikir ah malam ini dia pasti pengen lagi, aku langusung melepaskan CD ku dan hanya mengunakan celana saja, aku kembali dia masi duduk di kasur dan sambil menangis, lalu aku mengunci kamar, aku membarikan tubuhnya dan mengakat kakinya, aku duduk di sampingnya, tanapa perintah aku langsung merbahkan badan ku di sampingnya dan menghadap dia, dia masi menangis, kak suadah jangan nangis dong, dia masi terdiam, lama dia membaliakan tubuhnya dan aku dibelakangi, kak masih marah ya, aku meraba pinggannya, kak rina meraih tangan ku, aku menempelkan tubuhku tubuhnya, kak.. jawab dong, dia malah terus mengemgam tangan ku.
dia membalikan badan kini kami berhadapan, aku membuka baju ku, dan mencium bibirnya, dia tidak membalas namun hanya terdiam, aku membuka baju dia tetap diam, aku membuka celana ku, kami sudah telanjang, kak rima tetap diam, aku mulai mengakang kaki, dia tak memolak dan tetap diam, aku mulai memeluk tubuhnya dari atas, dan memcium bibirnya dia tetap tak membalas, ketika aku memasukan batangku, kak rima terus memandangku, aku mulai menusuknya, lama dia merasakan batang ku, ehm.. ehm.. ehmm.. sambil mengigit bibirnya, ehm..ehmm.. ehmm.. ehh.. eh.. ehh.. eehh.. ehh.. eh.. eh.., kulihat dia mulai memejamkan matanya, eh.. eh.. eh.. ehm.. ehmm.. ehm.. eh.. ehm.. ehm.. eh.. ehmm.. aku mencium bibir dan ka rima baru membuka sedikit demi sedikit aku bisa memasukan lidah ku dalam mulutnya, aku terus megoyang pantatku naik turun, ku rasakan vagina mulai licin, ehm..ahm.. ahm.. ah.. ah, vagina yang mulai memanas dan mulai menyodot batang ku, ah.. ah… a… ah.. ehm em.. dia terus memegang kain seperai dan lama menarinya, eh.. ehm.. eh.. ehmm… lama2 tubuhnya mulai gementar seakan mulai merasakan kenikmatan yang telah hilang, eh.. ehm.. em.. eh.. em.. eh.. eh.. eh.. eh.. aku semangkin menikmati, nafas kak rima semangkin kencang, eh.eh..eh. eh.. eh.. eh..eh ehm..eh.. eh. Eh..eh.. eh.. eh.. dia mulai melemparkan kepala kekanan dan kiri, ha.. ha. Ha.. ha..ha.. ha.. aku mencium lagi, ka.. kak rima, di menatap ku, seperti pandang yang bahagia, kak..aku udah mau keluar.., dia masih diam, lama batang ku semangkin mengeras.. dan vagina dia seperti mengigit batang ku, tubuh ka rima seperti tersentak-sentak.. ah.. ahh… ahh.. acchh.. ahh..bima, aku mulai mencapainya, kak.. ach ach.. ach.. crot.. crot kutembak kan air mani ku, di dalam vaginanya dan dia hanya terdiam, aku berhenti sejenak, ketika aku hendak mencabut batang ku, tangan kiri menahan pantatku, bim.. biarkan di dalam, aku langsung memeluknya, betigu juga Dia memeluku.
Aku melepaskan pelukan darinya, dan aku berbaring di sebelahnya, tak lama kak rima menetaskan air matanya, kak.. kakak marah dengan ku, dia malah mebelai wajah ku dengan sedikit senyum, kak aku di bawahya, aku berdiri dan menyelimuti dia, dia masih menatap ku, aku mula berbaring, tak berapa lam dia menarik tangan ku, untuk bermaksud agar aku tidur dekatnya, kak rima nengakat selimuat, sini.. aja ya, dia memandang kulagi, ka.. kakak kok ngak ada bicara, tangan karima meraih tangan ku agar aku bisa memeluknya, bima.. kenapa ini terjadi ama kita, air mata pun mentes, sudah lah kakak.. aku tak tau ini bisa begini.. kak apa kakak membenci ku, aku tidak bisa membenci mu bim, aku sudah tak tau musti berbuat apa, kulihat sudah jam masih jam 9, aku masi ingin main, aku medekap tubuhnya dan kepala ku ada dibawah dagunya, selangan berapa lama, kak rima mencium keningku, ketika aku hendak meraba vaginanya yang berbulu lebat dia menarik tangan ku, bima jangan.., aku diam saja, aku ingin di peluk bim.
Aku memeluknya, dan mencium bibirnya, kini dia mencoba membalas bibir ku, lama2 batang ku bangun lagi , kak.., iya bim.., aku langsung menidihnya lagi, dan memasukan batang ku, eh.. eh.. ehmm. Eh.. ehh. Eh.. eh.. emm.. em.., goyang semangkin cepat, ah… ahh.. ahh.. ahh.. ahh… ah.. ahh.. aahh.. aa… a.. ahh.. bima.. ahh.. aa.. ahh.. aahh. Ahh. Aa.. bima.. aauhh… auhh.. tangan mengemgam lengan ku, bima… ahh.. vagina semangkin lama semangkin licin, aau.. auu… au.. auu.. au.. aahh.. aahh.. aahh.. aku mencium bibirnya, kini dia membalsanyan, sambil mengoyang dia masih menikmati bibirku, aku melepaskan bibirnya, dan terus mengoyangnya, bima.. aah.. aa…aaahh.. aa.. aaahh.. bima.. bima… ah.. nafasnya semangkin cepat, he…he..he.. hem..hem.. he.. he..he.. he.. hm.. hm..hm..hm.. he..he..hm…hm.. he.. bimaa… ha.. ha.. ah..ah..aaa… ahh.. aa.. aaa… aahh.. kakak rima udah mencapai puncak nya, kami sudah berkeringat, badan dia bergetar dan seakan berontak, ah.. ach..achh.. bimaa.. ach..ach… achh.. semangkin lama2 badannya semangkin kuat untuk berontak seperti tak tahan, bimaa.. achh.. achh.. hampir 10 aku terus mengoyang, vagina semangkin panas dan menyempit, bimaa.. ach..auchh.. auchh.. bimaaa…, rasanya kepala batangku seperti ada yang mengigit dan membuat ngilu, ini bener seperti bermain tanpa beban aku bisa menikmati, bimaa.. aku ngak sangup lagi, iya sedikit lagi.. aku udah mau keluar..acchh..achh… achh.. ka.. kakak achh… achh.. bimaa.. aaucchh.. crot..crot…crot.. air mani ku menembang sebebasnya, aku langsung terkapar di sebelahnya.
Kakak rima mebalikan tubuhnya dan memebelaki aku, sambil meraih tangan ku, Bima peluk aku dan jangan kau lepas sampai aku tertidur, kakak jangan menagis ya, kak apa kau akan pergi esok ke acara keluarga, aku tidak akan bim.. aku malu dengan semuanya, kak kau malu karena kepercayaan diri mu sudah hilang, lihat besok saja bim, aku di samping mu selama aku disini. Aku yang akan membangkitkan gairah mu kak, terserah kau bima, sudah jangan di bahasa, aku ingin menikmati tubuhku di pelukan mu adik ku. Aku mebalikan tubuhnya dan kami berhadapan, batangku berdiri lagi kuraih tangan untuk memegang batangku, bima.., iya kakak.. penganglah, aku sambil ku tuntun tangannya unutuk mengocok batang ku, dia lama2 mengocok pelan2 hingga air mani ku keluar di tangannya, bima.. kamu, maafkan aku kak.. aku hanya ingin melihat tersenyum mu sampai kapan pun, aku langsung memeluknya dan mengepit pahanya, lama2 dia tertidur dalam pelukkan ku hingga pagi.
Sebelum nenek bangun rupanya dia sudah bangun, bima bangun udah pagi.. pakai baju mu nanti nenek tau apa terjadi kita malah bermasalah, dan terus tidur di bawah gih, kakak rima memeakai bajunya dan mebuka kunci pintu biar ngak jadi masalh. Apa yang dibilangnya benar, sekitar 1 jam kemudian nenek memangil ku, bima.. bima.. iya nek, udah jam 7 kamu masih tidur, mana kakak mu, di kamar nek tidur, panggil dia, aku memanggilnya dengan cium pipinya, nenek mangil tuh.., rima kamu nanti ikut ngak, aku malas nek, loh gimana sih udah 8 bulan kamu tidak pernah datang, ya sudah terserah kamu lah rima, nek.. nenek kan tau, iya kamu bisa sama bima ngobrol dan pasti ayah mu akan bertanya, liat nanti lah, dia masuk kamar, nek biar bima yang atur ya.., coba lah bima, aku bicara sama dia, bima.. bima.. iya nek, tolong kamu kepasar, nenek mau bawa lauk buat acara nanti, tolong belikan barang ini yang sudah nenek catat, aku langsung cuci muka dan pergi kepasar, dekat rumah nenek naik motor kak rima, setelah belanja aku melihat salon tak berapa jauh dari pasar sudah buka, ini ide aku, unutk membuat dia cantik.
Aku langsung menuju rumah setelah itu nenek masak, hingga selelsai, kulihat udah jam 9 lewat, nenek udah mau mandi, bima kamu temenin nenek ya, nek aku bisa ngajak kak rima ke acara itu, gimana ya udah nenek mandi aja, aku mau bawa dia pergi sebentar, nanti nenek ku antar dan dia ku bawa, iya deh bim terserah kamu, aku langsung menuju kamarnya, kulihat dia sedang menyisir dan belum mandi, kakak.., apa bima.., kak percaya ama bima, kenapa bima.., kakak percaya dengan ku, ada apa bim.. kamu kenapa bima, kakak harus pergi ke acara itu, bima kau lihat aku bima, jangan aku makin sakit hati, oke aku ngerti tapi sekarang ikut aku dan danti baju kakak, aku belum mandi bim, aku mengajak kakak saat ini tidak ke acara tapi ke tempat lain dulu, baru ke acara itu, tapi bima sudah percaya ama bima ya sekali aja, kami berangkat ke salon, sesampai di sana aku menyuruh salah satu pegawai memotong rambutnya sedikit dan membersihkan wajahnya, agar kelihatan cantik.
lalu ku tinggal dia dan aku pulang untuk mengantar nenek ke acara itu, bima kamu dari mana, kak rima mana, nek dia di salon.. aku mau membuat dia percaya diri lagi, bener itu bima.., iya nanti nenek liat aja, aku langsung mengantar nenek dan menjemput nya, sesampai di rumah kami hanya berberdua. Dia terus memandang wajahnya yang berubah, aku melihat dari pintu, bima apa ini aku, iya kak.., iya bima ini aku.., aku memeluknya dari belakang, lalu ku buka pakainnya, kak ada satu lagi. Sini ikut aku, aku menuju kamar mandi dan mengambil pisau cukur dan gunting, aku langsung meberiskan ketiaknya dan jembutnya, begitu aku mencukur jembut ku, kami langsung mandi, dan kembali kekamar, kakak kita pergi ya, iya bima, aku memeluk dari belakang, dalam keadaan telanjang. Aku mencuim lehernya sambil meraba buah dada yang berukuran 38B dan memainkan putingnya yang berwarna coklat, ih bima geli ah, aku langsung mebalikan badanya, kakak rima sekarang kamu cantik tubuh nu masih mulus dan buah dada mu masih indah, lihat diri mu, bima makasih ya, aku mencium bibirnya dia membalasnya, dan melepaskan, udah ah.. katanya mau pergi, dia memeluku sekejap dan mencium pipi ku, makasi ya bima, aku mengatur pakaian dia semua, kulihat dia memang cantik.
Sesamapai di sana, nenek terkejut melihat kak rima, langsung memeluknya dan memegang pipi ku, bima kamu hebat bisa membuat kakak mu tersenyum, tak lama papanya datang bersama ibu kakak rima, ini anak si yanti yang dari Jakarta itu kan, iya bude.., kakak rima duduk dan membelakangi mereka, mama kakak rima tau pasti dia tidak mau ikut, bu si rima mana dia ngak ikut lagi, nenek malah tersenyum, ngak dia ngak ikut, sambil tersenyum, kakak rima berdiri dan memandang mereka berdua, tuh rima anak mu (sapa nenek), ma.. pah.. apa kabar, rima.. kamu itu nak, iya bu.., kamu cantik sekali, papa rima terbenngon melihat anaknya, hai bima apa yang kau perbuat ama kakak mu, ku paksa ke salon terus ku tarik ke seni, hebat kamu bima, kami semua tidak bisa melakukan kamu bisa, kak rima tersenyum dan memang tangan ku, iya pah dia yang membuat ku seperti ini, tak lama aku di panggil ama papa kaka rima kami bicara penting di belakang, bima.. kamu hebat.. oh ya gimana sekolah mu, ya baik om, kami semua udah putus asa dengan kakak mu, satu caranya om berikan kasih sayang dan perhatian serta berusaha lah berkomunikasi, dia keras tapi aku berusaha komunikasi dengan dia walau pun dia kadang2 malas, namun aku selalu meminta maaf pada dia selama beberapa hari ini jadi dia mau mengerti semua.
Dan meyakinkan dia om masih ada yang menyangi dia itu yang ku bilang, bener kamu…, kamu seperti ibu mu cukup dewasa, makasi om.., om ada usul, apa om, kamu mau tolong om, apa om, kamu tinggal bareng mereka mau, ya sekolah aku gimana, kamu di Jakarta sekolah apa, aku stm swasta, oke om yang nangung asal kamu mau pindah, gimana ya om, semua om yang kasih asal mereka bahagia, nenek mu juga ada yang jaga kalau ada kamu, aku pikirin gimana dan aku Tanya mama ku di Jakarta. Oke besok aku bilang ke orang tua mu juga dari kantor, baik om.., acara hampir selesai semua memperhatikan kakak rima dan aku memeprhatikan dia dari jauh, lalu dia memeprhatikan sambil tersenyum. Tak lama nenek sakitnya kambuh karena kecapean, kai semua panic untuk anak nenek ada dokter langsung membawa kerumah sakit. Acara pun bubar aku pulang bersama kakak rima, ketika di jalan di memeluk ku, bima ke mal aku sudah lama tidak kesana, iya kakak.., sesamapi di sana setelah belanja baju tidur, kami pun muter2 ada sosok mata laki2 bersama wanita memandang dengan tegas, kakak ada yang kita, iya bim dialah suami ku, kak rima sengaja melewati di depannya, hai yanto apa kabar.., hai ri..rima.., ini anak mu.. i..iya.., oh lucu juga.. sayang aku ngak bisa memberikan keturunan.. sudah ya aku mau beli celana buat sepupu ku.. salam dengan istri aku tau dia sahabtku itu dulu.. sekarang aku sudah tidak kenal… mari to. Kami langsung mencari celana buat ku, dan mencari makanan buat bawa pulang, bima.. aku seakan puas hari ini seperti kehilangan beban, aku tau kakak menyapa suami kakak tadi ngak.., spertinya terlampiaskan semua.., kami langsung pulang dan sesampai di rumah sudah jam 7, aku langsung mencoba celana baru ku, gimana kak.. bagus.. aku mandi dulu ya, iya kak, dia sudah malu lagi terhadap ku, kakak rima langsung masuk kamar, ketika aku melepas celana,
kakak rima di depan pintu, memperhatikan ku.., aku mengerti maksudnya, aku langsung menuju kekamar dia pun masuk kamar dan menunuggu ku, kak.., iya bima.., aku langsung melepaskan kancing bajunya, dia pun membuka kaos ku, kami sudah telanjang bulat sambil berdiri, bima.. kamu yang mebuat ku menjadi seperti ini lagi, aku bahagia bima, iya kakak bima hanya ingin kakak tersenyum.., dia mengecup pipi ku, makasi ya bima, aku serahkan semuanya untuk mu, aku merebahkan tubuhnya di kasur.., dia langsung mengangkang, dan langsung ku masukan batang ku, ah..a.. ah.. aa.. aa.. aku mulai mengoyang hinga kurasakan batang ku mulai panas, aah.. ah.. aahh.. aahh.. aahh.. aahh.. aaa… aaa.. aa.. aaa.. aahh.. bimaa..auhh.. auhh..auhh.. bimaa..auu.. auuu..uhh… uhh.. uhh…uhh.. uhh.. uuuhhh.. uhh.. vagina mulai basah.. ach.. bima..ahh.. aa.. aa.. auuhh.. bima ach.. aaaa.. aaa.. aa…. Nafas mulai terasa.. aa.. bima.. ha..ha..ha… ha… ha.. semangkin pajang nafas dia.. ha.. ha.. ha.. ha.. ha.. bima.. aku sudah tak kuat.. badan dia semangkin bergetar.. dan berontak seakan dia mencapai kelimax.. haahh..achh..ahcchh.. bimaaa.. ahh.. ahh.. aahhaa.. aa..aahh… aaahh… bimaaa.. aa… auuu… uhhff.. uhf.. uhf… aachh… achh… tubuh kami sudah berkeringat, aku semangkin tak kuat menahan gejolak ini, semua aku mulai terasa mau keluar hampir 10 menit aku diatas, kak rima.. aahh.. iya bima.. aahh.. aahh.. sudah aahh.. aahhaa.. bimaa.. aahh.. aa… aa…. Iya ka.. bima mau keluar.. cepat bimaa.. kakak udah ngak kuat.. aacchh kak..bima..ahh..kak achh.. aah.. achh.. crot . crot..aku langsung menembak di dalam lagi, bima…., iya kakak ku, makasih ya dik.., rasanya aku sayang ama mu bima sekarang, kakak apa kakak udah melepas semua permasalah hidup kakak, kau yang melepaskan beban ku bim, udah bim.. mandi yuk, kami langsung menuju kamar mandi , di kamar mandi aku langsung menghajar lagi tanpa pamit, dia cukup senang.
selasai mandi kami langsung makan dia kembali kekamar lalu dia keluar dengan kimono dari kain sutra yang di beli tadi, ih cantik bener, ahh… malu ah.., sini deket bima duduk sini sambil nonton, dia jalan seperti anak yang di ejek jadi malu, apa sih bima ini, sini.. aku menarik tangannya, kami duduk sambil menonton tuh kakak di tv.. itu happy salma, lalu ku ajak dia duduk dibawa sambil ku suruh dia tiduran depan ku, kak sini depan bima sambil tiduran, ah bima.., iya sini aja.. dia mau apa yang kusuruh, lalu tangan ku yang memegang lengannya, langsung di tariknya ke buah dadanya, bima.., iya apa.., bima…kamu sekolah disini aja ya.., kak.. tadi papa kakak suruh aku begitu, aku suruh sekolah di sini, iya bima mau kan.. kakak maunya bima ama kakak di sini, nanti kita nikah juga kak.., ih kamu kok udah ke situ pikirannya, bima kamu tidak boleh menikah dengan ku.. kamu musti punya anak, seandainya istri mu seperti aku lebih baik kamu mengadopsi anak, loh kakak kenapa ngak mau, suami ku yang tidak mau.. aku mau kok, iya nanti ku bilang ama mama dan papa di Jakarta, bener bima.. kamu mau, dia langsung mebalikan mengangkat tubuhnya sehingga kepala dia ada di dekat dada ku, dia terus memeluku, oh bima.. aku sayang kamu, iya kak makasi ya, tapi ada syaratnya.., apa bima.., gimana kalau malam ini kita main dengan variasi, maksudnya, ya kita ganti-gantian.. aku diatas terus kakak diatas, ih apa sih ngomongnya ngelantur ah, mau ngak.., iya bima aku mau, kulihat jam udah jam 10 kurang, bima tidur yuk.., yuk.., ketika dia bangun aku langusng mengendonya, ih apa sih….bima.., dia langasung merangkul ku.
Aku meletakn di tempat tidur.., bima.., iya tunggu aku periksa pintu ama celenda.., jangan lama ya, ketika aku kembali dia sedang menyisir di meja riasnya, udah cantik bidadari ku, sambil mengelitik pinggannya, eh geli ah.. dia langsung mebalikan badannya, kamu bisa lebih dari suamiku, iya kak.., aku ingin bikin kamu lebih dari suami ku malam ini, sambil ku pegang pinggannya, kak…, iya bima, aku merasakan kasih sayang mu malam ini, aku begitu sayang, aku langsung melepaskan kimononya, dia membuka baju dan celana ku, dia langsung mencium ku, dan menarik ke tempat tidur, aku langsung memeluk dan menjamahnya, lalu kuremas buah dadanya, ehm..ehm.. ehmm.. ehmm.. ehmm.. ehm… bima.., dia menarik ku dan mencium ku, bima.. lakukan, aku memasuki batang ku, ehm..ehm.. ehm.. bima.. ehm.. batang ku mulai amblas.. ah.. ah.. aku mulai naik turun.. ah.. ahh.. ahh.. ahh.. ahh.. ah…bima ha..ha.. aha.. nafas pun mulai bermain. Ha.. ha.. ha.. badan mulai berkeringat, aku mengambil posisi agak berdiri dank u angakt satu kakinya sambil menyodok maju mundur, ah.. ah.. ah.. aa… ahh.. ah..ahh.. aku melihat buah dada yang bergoyang maju mundur.. sambil kuremas buahnya, bima..ehm..ehmm…ehh… ehm..ehm…ehm…ehm..bima..ehm..emm.. em..emm… em…emm…, bima..ah..aa..ah..ah… auh..auh.., vagina dia mulai memanas dan licin.. ach..ach..bima.. kuraakan dia kelimax, aku mencabut batang ku, lalu meminta nungging, kak nunging… dia langsung mau dan aku memasukan batang hingga amblas, ach.. ach..ah.. aku mulai maju mundur.. ah..ahh.. ahh.. ahh.. ah.. aa.. aahh..aahh.. aahh.. ahh.. ahh.. aahhh.. ahh..ahh…
hampir 10 menit dua posisi kami permainkan, aku semangkin menikmati, kak mau di atas tubuh ku, iya sayang, aku langsung berbaring dan dia mengambil posisi.., dia sunguh menikmati, ah..aa…aa.. aaa..aa.. ha..ha.. aahh.aa..ahh.. ahhh… ahhh…bima ini enak.. huh..huh..huh..hu..huu..suguh enak bima..au.auu..auhh..auhh..sayang…ach…achh..,buah dada yang naik turun membuat pemandang jadi indah, bima.. bimaa… uuiiihhh… vaginanya bener menyedot ku batang ku seperti mengisap habis., bimaa..uuiihh.. bimaa. Sambil pantatnya bergetar.. bimaa..uiihh…kakak ngak tahan.. terus kakak enak uuaahh.. dia berhenti aku menaik turunkan pantat ku.. uiihh.. bimaa.. acchh… kak bima mau keluar.., dia langsung mengoyang maju mundur.. ach.. ahh.. bima.. achh kakak.. bima ngak kuat… achh.. kakak juga bima.. aachh..achh… dia langsung memeluk k uterus bima sodok .., iya kakak ach.. ach ..bima.. aahh.. kakak achh..aacchh.. achh.. kak.., iya bima.. crot.. crot.. crot.. kutembakan air mani ku, aah.. haa.. kakak bima sayang kakak.., kakak sekarang malah jatuh cinta ama pemainan mu sayang.., iya kak…, iya sayang, kamu tinggal sini ya, iya kakak pasti, dia terkapar diatas tubuh ku, tak lama dia mebarikan tubuhnya di samping ku dan memeluku, bima jika kau punya istri aku rela untuk melakukan ini, biak kak, kami bermain lagi hingga puas.
Aku melakukan ini selama liburan dan hingga aku pindah sekolah dan kuliha di kota tersebut, aku di buat seperti suaminya, hingga kawin aku membagi jatah batin ke kakak sepupu ku.
»»  read more

Aku Dan Kakak Ku

Ini mungkin sebuah pengalaman yang paling gila (menurutku), karena orang pertama yang mengajarkan seks kepadaku adalah kakak kandungku sendiri. Aku adalah seorang gadis berumur 18 tahun (sekarang), dan kakakku sendiri berusia 23 tahun. Sudah lama aku mengetahui kelainan yang ada pada diri kakakku. Karena ia sering mengajak teman perempuannya untuk tidur di rumah, dan karena kamarku berada persis di sebelah kamarnya, aku sering mendengar suara-suara aneh, yang kemudian kusadari adalah suara rintihan dan kadang pula teriakan-teriakan tertahan. Tentu saja meskipun orang tuaku ada di rumah mereka tak menaruh curiga, sebab kakakku sendiri adalah seorang gadis.
Ketika aku mencoba menanyakannya pada awal Agustus 1998, kakakku sama sekali tidak berusaha menampiknya. Ia mengakui terus terang kalau ia masuk sebuah klub lesbian di kampusnya, begitu juga dengan kekasihnya. Waktu itu aku merasa jijik sekaligus iba padanya, karena aku menyadari ada faktor psikologis yang mendorong kakakku untuk berbuat seperti itu. Kekasihnya pernah mengecewakannya, kekasih yang dicintainya dan menjadi tumpuan harapannya ternyata telah menikah dengan orang lain karena ia telah menghamilinya. Kembali pada masalah tadi, sejak itu aku jadi sering berbincang-bincang dengan kakakku mengenai pengalaman seksnya yang menurutku tidak wajar itu. Ia bercerita, selama menjalani kehidupan sebagai lesbian, ia sudah empat kali berganti pasangan, tapi hubungannya dengan mantan-mantan pacarnya tetap berjalan baik.
Begitulah kadang-kadang, ketika ia kembali mengajak pasangannya untuk tidur di rumah, pikiranku jadi ngeres sendiri. Aku sering membayangkan kenikmatan yang tengah dirasakannya ketika telingaku menangkap suara erangan dan rintihan. Aku tergoda untuk melakukannya. Pembaca, hubunganku yang pertama dengan kakakku terjadi awal tahun 2000, ketika ia baru saja putus dengan pasangannya. Ia memintaku menemaninya tidur di kamarnya, dan kami menonton beberapa CD porno, antara tiga orang cewek yang sama-sama lesbian, dan aku merinding karena terangsang secara hebat mengingat kakakku sendiri juga seperti itu.
Awalnya, aku meletakkan kepalaku di paha kakakku, dan ia mulai mengelus-elus rambutku.
“Aku sayang kamu, makasih ya, mau nemenin aku”, katanya berbisik di telingaku.
Mendengar hal itu, spontan aku mendongakkan wajah dan kulihat matanya berlinang, mungkin ia teringat pada kekasihnya. Refleks, aku mencium pipinya untuk menenangkan, dan ternyata ia menyambutnya dengan reaksi lain. Di balasnya kecupanku dengan ciuman lembut dari pipi hingga ke telingaku, dan di sana ia menjilat ke dalam lubang telingaku yang membuat aku semakin kegelian dan nafsuku tiba-tiba saja naik. Aku tak peduli lagi meski ia adalah kakakku sendiri, toh hubungan ini tak akan membuatku kehilangan keperawanan. Jadi kuladeni saja dia. Ketika ia menunduk untuk melepaskan kancing-kancing kemejaku, aku menciumi kuduknya dan ia menggelinjang kegelian.
“Oh.. all..”, desahnya.
Aku semakin liar menjilati bagian tengkuknya dan memberi gigitan-gigitan kecil yang rupanya disukai olehnya.
Ketika kusadari bahwa kemejaku telah terlepas, aku merasa tertantang, dan aku membalas melepaskan T-shirt yang ia kenakan. Ketika ia menunduk dan menjilati puting susuku yang rupanya telah mengeras, aku menggelinjang. Kakakku demikian lihai mempermainkan lidahnya, kuremas punggungnya.
“Oohh.. Kaakk, ah.. geli”, Ia mendongak kepadaku menatap mataku yang setengah terkatup, dan tersenyum.
“Kamu suka?”.
“Yah..”, kujawab malu-malu, mengakui.
Ia kembali mempermainkan lidahnya, dan aku sendiri mengusap punggungnya yang telanjang (kakakku tak biasa pakai bra ketika hendak tidur) dengan kukuku, kurasakan nafasnya panas di perutku, menjilat dan mengecup. Aku memeluknya erat-erat, dan mengajaknya rebah di peraduan, lantas kutarik tubuhku sehingga ia berada dalam posisi telentang, kubelai payudaranya yang kencang dan begitu indah, lantas kukecup pelan-pelan sambil lidahku terjulur, mengisap kemudian membelai sementara jemariku bermain di pahanya yang tidak tertutup. Aku menyibakkan rok panjang yang dipakainya kian lebar, dan kutarik celana dalamnya yang berwarna merah sementara ia sendiri mengangkat pantatnya dari kasur untuk memudahkanku melepaskan CD yang tengah dipakainya.
Ketika aku meraba ke pangkal pahanya, sudah terasa begitu basah oleh cairan yang menandakan kakakku benar-benar sedang bergairah. Aku sendiri terus menggelinjang karena remasannya di payudaraku, tapi aku ingin lebih agresif dari pada dia, jadi kubelai lembut kemaluannya, dan merasakan jemariku menyentuh clitorisnya, aku membasahi jemariku dengan cairan yang ada di liang senggamanya kemudian kuusap clitorisnya, lembut pelan, sementara ia mendesah dan kemudian meremas rambutku kuat-kuat.
“Oh.. Yeahh.. Ukkhh, ahh, terus, teruss, ahh”, celoteh kakakku dengan ributnya. Aku terus mengusap clitoris kakakku, dan tiba-tiba kurasakan tubuhnya mengejang kuat-kuat, jemarinya meremas punggungku, lantas ia merebah lemas.
Aku memandang ke wajahnya yang bersimbah keringat, “Sudah Kak?” Ia mengangguk kecil dan tersenyum.
“Thanks yah”, aku mengedik.
Aku belum puas, belum. Kukeringkan jemariku sekaligus kemaluan kakakku, kemudian aku turun, dan menciumi pahanya.
“Ohh.. teruskan terus.. yeah.. terus..”, aku tak peduli dengan erangan itu, aku mendesakkan kepalaku di antara kedua pahanya dan sementara aku mulai menjilati selangkangannya, kulepaskan ritsluiting rok kakakku, dan menariknya turun. Aku juga melepaskan sendiri celana jeans pendek yang tengah kupakai, kemudian aku memutar badanku sehingga kemaluanku berada tepat di atas wajah kakakku. Ia mengerti dan segera kami saling menjilat, pantat serta pinggul kami terus berputar diiringi desahan-desahan yang makin menggila. Aku terus menjilati clitorisnya, dan kadangkala kukulum, serta kuberi gigitan kecil sehingga kakakku sering berteriak keenakan. Kurasakan jemarinya bergerak mengelusi pantatku sementara tangan kirinya merayap ke pinggir dipan.
Sebelum aku menyadari apa yang ia lakukan, ia menarik tanganku dan menyerahkan sebuah penis silikon kepadaku.
“Kak?”, bisikku tak percaya.
“Masukkan, masukkaan, please..” Ragu, aku kembali ke posisi semula dengan ia terus menjilati clitorisku, kumasukkan penis buatan itu perlahan-lahan, dan kurasakan ia meremas pantatku kuat-kuat, pinggulnya berputar kian hebat dan kadang ia mendorong pantatnya ke atas, aku sendiri menyaksikan penis itu masuk ke lubang kemaluan kakakku dan asyik dengan pemandangan itu, kusaksikan benda tersebut menerobos liang senggamanya dan aku membayangkan sedang bersetubuh dengan seorang lelaki tampan yang tengah mencumbui kemaluanku.
Lama kami berada dalam posisi seperti itu, sampai suatu ketika aku merasakan ada sesuatu di dalam tubuhku yang membuatku seolah merinding seluruh tubuh karena nikmatnya, dan tahu-tahu aku menegang kuat-kuat, “okh.. kaakk.. ahh.. ahh!” Tubuhku serasa luluh lantak dan aku tahu aku telah mengalami orgasme, kucium paha kakakku dan kumasukkan penis silikon itu lebih cepat, dan pada ritme-ritme tertentu, kumasukkan lebih dalam, kakakku mengerang dan merintih, dan terus-terang, aku menikmati pemandangan yang tersaji di depanku ketika ia mencapai orgasme. Terakhir, aku mencium clitorisnya, kemudian perut, payudara dan bibirnya. Lantas ketika ia bertanya, “Nyesel nggak?” aku menggeleng dengan tegas. Malam itu kami tidur dengan tubuh telanjang bulat, dan sekarang kami kian sering melakukannya.
»»  read more

Keperawananku direnggut papa

Sebelumnya saya perkenalkan nama saya Nadya (bukan nama sebenarnya). Saya sebelumnya wanita baik-baik yang belum pernah mengenal sex sebelumnya.

Saya mengalamai pengalaman sex pertama saya dengan seorang laki-laki yang sebelumnya saya sangat respek padanya, laki-laki itu adalah papa saya sendiri.

Papa mempunyai kebiasaan yang buruk yaitu senang sekali bermabuk-mabukan dan membawa wanita jalanan ke rumah ketika mama sedang mengurusi bisnisnya ke luar negeri.
Papa dulunya seorang businessman yang sangat sukses yang bergerak di bidang jasa perbaikan kendaraan, bahkan bengkel papa sebelumnya sangat terkenal di negeri ini karena kekhususannya mengurusi mobil-mobil mewah.

Dulu papa sangat perhatian dan sangat sayang kepada kami, sampai akhirnya ketika krismon melanda negeri ini, kelakuan papa berubah 180 derajat, mulai dari bermabuk-mabukan sampai bercinta dengan wanita jalanan di rumah kami sendiri.

Dua tahun telah berlalu setelah krismon, bisnis papa semakin terpuruk, sehingga kami terpaksa mengadu nasib di negeri kangguru. Kami tidak tahu kelakuan papa selanjutnya, karena papa tinggal sendirian di rumah di Jakarta dengan seorang pembantu laki-laki.

Sampai akhirnya ketika saya dan adik saya Dania (bukan nama sebenarnya) pulang liburan ke Jakarta pada tahun 2002. Ketika itu, papa memintaku untuk magang di bengkelnya. Seperti kondisi sebelumnya, memang sedikit sekali pelanggan yang datang ke bengkel papa, sehingga terlihat sangat sepi.

Pada suatu hari saya mendapati papa sedang mabuk di ruangan kerjanya. Ketika itu aku menghampiri papa untuk menegurnya. Entah kenapa tiba-tiba papa menarikku dan mencumbuiku dengan paksa. Dia memaksakan memasukkan lidahnya ke mulutku sambil tangan kanannya meremas pantatku dan tangan kirinya meremas payudaraku.

Aku sudah berusaha untuk mengelak darinya, tapi ternyata tenaga papa lebih besar dari tenagaku. Entah kenapa tiba-tiba ada suatu rasa yang nikmat yang menjalar di sekujur tubuhku, dan payudaraku terasa mulai mengeras. Papa mulai memainkan lidahnya di dalam mulutku, dan secara reflect lidahku membalasnya.

Aku merasakan celana dalamku mulai basah, dan aku sepertinya mulai terangsang oleh cumbuan papa. Peristiwa itu berlangsung selama 8 menit. Tiba-tiba papa melepas pagutan bibirnya dari bibirku, dan sepertinya dia mulai tersadar dari mabuknya. Papa mendorong tubuhku dan meminta maaf sambil menitikkan matanya penuh penyesalan.

Setelah itu saya segera pulang dengan mobilku sendiri, sedangkan papa masih harus melanjutkan pekerjaannya. Selama dalam perjalanan pulang, saya menangis karena masih terbayang dengan perbuatan papa tadi. Perasaan benci, kecewa, tapi bercampur dengan rasa nikmat yang sebelumnya tidak pernah saya rasakan. Ketika sampai di rumah, saya mendapati celana dalam saya masih basah, dan saya langsung masuk ke kamar mandi untuk menghilangkan rasa jijik saya.

Ketika saya mandi, saya masih membayangkan perbuatan papa tadi, sampai secara tidak sadar, saya meremas payudara saya. Saya mulai merasakan nikmat yang luar biasa, bercampur dengan guyuran shower yang mengalir di sekujur tubuhku. Siraman air shower terasa nikmat sekali di memek saya, dan secara tidak sadar, saya mulai mengelus memek saya.

Perasaan nikmat semakin menjadi-jadi sampai akhirnya seluruh tubuhku mulai mengejang dengan hebatnya, dan cairan hangat keluar dari memek saya. Setelah itu tubuh saya terasa lemas, dan akhirnya saya tertidur pulas setelah selesai mandi.

Keesokan paginya waktu saya sedang sarapan, papa kembali meminta maaf kepadaku, tetapi aku bingung menyikapinya, karena di lain sisi aku menginginkan kejadian kemarin terulang kembali.

Setelah itu papa berangkat ke kantor dan saya mengantarkan adik saya ke rumah temannya. Selama di kantor, segala sesuatu berjalan seperti biasa, sampai ketika saya hendak pulang, mobil saya tidak bisa dihidupkan, dan mekanik anak buah papa tidak sanggup menyelesaikannya hari itu juga.

Akhirnya saya ke ruangan papa untuk mengajak pulang bareng. Ternyata seperti biasa papa sedang mabuk-mabukan lagi. Walaupun sedang mabuk, papa masih tetap sadar dan mengajak saya untuk pulang saat itu juga. Segalanya berjalan dengan normal selama dalam perjalanan pulang, sampai di dekat rumahku, papa menghentikan mobilnya dan tiba-tiba dia membuka celananya dan memerintahkanku untuk memegangnya.

Tiba-tiba papa memanggilku dengan nama mamaku. "Nancy, tolong elus kontol gua dong, gua udah lama gak elu isepin!" Tentu saja aku kaget, ternyata selama mabuk, papa menganggapku sebagai mama, karena kemiripan mukaku dengan muka mama. Karena ada dorongan setan, aku mulai memegang dan mengulum kontol papa yang ternyata besar sekali sampai-sampai tidak cukup masuk ke dalam mulutku.

Secara reflek saya mulai memaju-mundurkan kepala saya dan mulai menjilati biji peler papa. Pada saat itu, papa mulai mengelus paha saya, dan akhirnya tangannya melepas celana dalamku. Kemudian jari-jarinya bermain di bibir memekku.

Selama lima menit, papa memainkan memekku, hingga akhirnya cairan hangat mengalir dari memekku, aku merasakan nikmat yang luar biasa. Setelah beberapa menit kemudian, aku sudah hampir sampai untuk kedua kalinya, tiba-tiba cairan putih keluar dari kontol papa, dan tertelan olehku, dan rasanya gurih sekali. Setelah itu, papa menjadi lemas dan mengeluarkan jarinya dari dalam memekku, sehingga aku merasa nanggung.

Saat itu juga, papa langsung tertidur di dalam mobil, dan karena merasa kesal, aku pulang jalan kaki, yang jaraknya tidak jauh dari rumahku.

Sampai di persimpangan jalan rumahku, aku bertemu dengan kakak kelasku di SMA yang sudah 2 tahun tidak ketemu, namanya Bang Jhonny (bukan nama sebenarnya) yang terkenal playboy waktu di SMA dulu. Tampang Bang Jhonny sebenarnya biasa-biasa saja, entah kenapa dia bisa menjadi playboy. Kami bersalaman dan dia berusaha memelukku dengan erat, aku berusaha menolaknya, karena tidak ingin Bang Jhonny tahu kalau celana dalamku basah.

Aku berlari ke rumahku, dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan memekku. Sambil mandi, aku mulai masturbasi kembali, karena perasaan nanggung tadi masih ada. Setelah selesai mandi, aku mengenakan daster tanpa celana dalam dan bra karena kebiasaanku setiap tidur. Setelah itu aku tidur tanpa sempat makan malam.

Pada saat aku sedang tidur nyenyak, aku merasakan ada yang sedang berusaha melepaskan tali dasterku. Karena masih capek akibat orgasme yang berulang kali tadi, aku tidak bisa terbangun. Tangan itu menjalar sampai ke payudaraku dan aku merasakan lidah sedang bermain di pentilku.

Tanpa sadar aku mengerang nikmat, dan membayangkan papaku sedang melakukannya. Kemudian bibir itu terus bergerak menuju leherku sampai akhirnya berhenti di bibirku. Aku membalas pagutan bibirnya dan tiba-tiba aku tersadar dan terbangun. Aku mendorong tubuh itu yang ternyata adalah papaku.

Dengan sekuat tenaga papa tetap memaksaku dan semakin liar perlakuannya kepadaku, sehingga dasterku robek, sehingga tubuh indahku terlihat di depan matanya. Dengan paksa dia mengangkangkan kedua kakiku dan mulai menjilati memekku. Aku berusaha menjauhkan kepala papa dari memekku sehingga papa terjengkang dari tempat tidur.

Papa segera bangkit dan menarik tubuhku sambil menampar pipiku dengan keras. Dilucutinya semua pakaiannya sehingga hanya tubuh polosnya yang terlihat. Tanpa basa-basi aku didorongnya kembali ke tempat tidur dan sekarang mencoba untuk memasukkan kontolnya ke lobang kenikmatanku.

Dengan pasrah aku menuruti kemauannya karena menurutku sudah percuma untuk menolak lagi. Dia mulai menggenjot memekku kedepan dan belakang. Karena aku berusaha melawan memekku terasa sangat perih, lagi pula saat itu aku masih perawan dan lubangnya sangat sempit. Tetapi setelah lama kelamaan ternyata aku mulai menikmati permainannya dan mulai menggerakkan pantatku naik turun. Beberapa lama setelah itu kurasa cairanku mendesak memek dan terasa akan keluar.

Dengan segera kupercepat gerakan pantatku dan akhirnya aku berteriak nikmat karena aku mencapai puncak kenikmatan. Beberapa saat kemudian papa membalikkan tubuhku dan mulai mengelus lubang pantatku serta menjilatinya. Aku yang sudah sangat lemas sebenarnya sangat jijik dengan perlakuannya, tetapi seperti sebelumnya aku hanya bisa pasrah. Papa yang sudah sangat bernafsu segera menghujamkan kontol besarnya ke dalam lubang pantatku.

Tanpa sadar ternyata meneteslah darah dari memek dan pantatku bercampur dengan cairan vaginaku. Aku berteriak dengan kerasnya karena rasa sakit luar bisa dari lubang pantatku. Mendengar teriakanku papa semakin nafsu menghujamkan kontolnya berkali-kali sambil menjambak rambutku dengan kerasnya. Papa semakin mempercepat gerankan kasarnya, dan seketika dia mengejang dan berteriak keras, aku merasa cairan sperma papa terus menerus mengalir masuk ke pantatku.

Setelah puas dengan semua prilakunya papa tergeletak lemas disampingku dan aku hanya bisa merenungi nasibku. Hilang sudah keperawananku yang selama ini kujaga dan ternyata harus kurelakan direnggut oleh orang yang sangat ku hormati dan sejak saat itu aku merasa telah berkhianat pada mamaku.

Walaupun setelah perawanku direnggutnya aku semakin sering melakukan hubungan sex dengan papa selama berada di Jakarta. Selain dengan papa, aku juga sering melakukan sex dengan Bang jhonny yang akhirnya menjadi pacarku.

Tapi kini Bang jhonny telah meninggalkanku untuk selama-lamanya karena dia overdosis narkoba. Karena telah sering melakukan hubungan sex, aku menjadi seorang maniak yang selalu butuh sentuhan lelaki.

Bagi siapa saja yang tertarik dengan kisahku atau bisa memberikan solusi padaku silahkan hubungi aku pada alamat emailku.



»»  read more

Nakalnya Mama Andre

Minggu pagi yang cerah.

Andre sarapan berdua saja dengan Mamanya di rumah. Biasanya acara sarapan hari minggu mereka lakukan bertiga bersama dengan papanya. Soalnya di hari-hari lain, tidak ada kesempatan untuk mereka dapat sarapan bersama, apalagi makan siang bahkan makan malam. Kesibukan kedua orang tuanya, menyebabkan mereka hanya dapat berkumpul bersama di hari minggu pagi.

Papanya yang seorang direktur jenderal di Departeman Dalam Negeri selalu padat dengan kegiatan kantor. Sedangkan sang Mama yang aktivis kegiatan sosial selalu sibuk dengan urusan arisan, urusan anak-anak panti asuhan, anak-anak jalanan, anak-anak pengungsi Aceh, Maluku dan segala macam anak-anak lainnya. Akhirnya Andre, sang anak semata wayang, malah kurang diperhatikan.

Pagi itu, sang papa tidak bisa ikut sarapan bersama karena sedang melakukan kunjungan ke daerah. Katanya sih meninjau pelaksanaan otonomi daerah di tiga propinsi. Paling cepat baru kembali minggu depan. Meskipun kadangkala Andre merasa sedih karena sering ditinggal sendirian di rumah, namun Andre sesungguhnya menikmati kesibukan kedua orang tuanya itu. Rumah yang selalu sepi membuatnya lebih punya banyak kesempatan untuk memuas-muaskan nafsunya di rumah. Ia bisa melakukannya dengan Cindy, sang pacar, atau dengan Calvin teman sekaligus yang mengajarinya menjelang ujian akhir dan SPMB, atau juga rame-rame dengan teman-temannya dari Tim Basket SMU Dwi Warna.

"Hari ini Mama pergi lagi Ma?" tanya Andre berbasa-basi pada Mamanya. Ia tahu pasti, sesudah sarapan nanti Mamanya pasti ngeluyur dari rumah dan baru pulang hampir tengah malam.
"Iyalah sayang. Kamu kan tahu, Aceh sedang bergolak nih. Jadinya Mama makin sibuk mengurusi pengiriman stock makanan untuk saudara-saudara kita disana sayang," jawab Mamanya dengan senyum penuh kebijakan.
"Harus itu Ma, Andre juga mau pergi nih abis sarapan," kata Andre.
"Belajar bersama Calvin lagi?" tanya Mama, sambil memasukkan sepotong roti bakar melalui bibirnya yang tipis.

Diusia yang hampir empat puluh tahun, Mama Andre masih kelihatan sangat cantik. Tubuhnya padat seperti gadis usia dua puluh tahunan saja. Gimana enggak, sang Mama kan rajin fitness dan makan makanan suplemen plus minum jamu untuk menjaga stamina dan kekencangan otot serta kulitnya.

"Enggak Mah, Maen basket sama anak-anak,"
"Lho, kamu kan sudah dekat ujian akhirnya sayang. Kok bukannya belajar bareng Calvin, malah maen basket?"
"Ini juga main basketnya bareng Calvin kok Mah,"
"Hmm,"
"Iya. Kata Calvin, sekali-kali perlu refresing juga agar pikiran tidak butek karena belajar terus-menerus. Selain itu kesegaran tubuh kan harus dijaga ma,"
"Gitu ya. Kalau gitu ya terserah. Yang penting kamu belajarnya yang bagus ya sayang, supaya bisa lulus dengan nilai baik di ujian akhir nanti. kalau nilai kamu kurang bagus, cita-cita kamu untuk masuk Akademi Angkatan Udara kan bisa gagal sayang"
"Beres Mah, Yang penting Mama doain Andre selalu ya,"
"Pasti sayang," jawab Mamanya dengan senyum sayang.

Andre melahap potongan roti bakarnya yang terakhir. Kemudian berpamitan pada Mamanya,

"Andre pergi duluan ya Mah Mama kapan berangkatnya?" tanya Andre sambil mencium pipi Mamanya.
"Setelah Mama beres-beres dulu sayang,"
"Pergi sama Mas Dharma, Ma?"
"Iya dong sayang. Abis sama siapa lagi. Kan supir Mama cuman dia satu-satunya,"
"Oke deh Mah Andre berangkat kalau gitu," kata Andre, disandangkannya ransel olah raganya ke bahunya.
"Hati-hati ya sayang,"

Andre menuju garasi di samping rumah untuk mengambil sepeda motornya. Ia bertemu dengan Mas Dharma disana. Supir Mamanya itu sedang asyik berbasah-basah ria, mencuci sedan milik Mamanya.

"Selamat pagi Mas Andre," sapa Mas Dharma ramah pada Andre sambil tersenyum manis memamerkan barisan giginya yang rapi dan putih.
"Pagi Mas Dharma. Masih nyuci mobil Mas? Mama sudah mau berangkat tuh,"
"Waduh, Mas harus buru-buru kalau gitu," jawabnya.

Kemudian ia sibuk mengelap mobil sedan itu dengan kain yang masih kering. Andre memandangi cowok itu dengan serius. Gimana enggak serius, Mas Dharma ini orangnya ganteng. Bodynya putih bersih dan kekar. Saat ini ia hanya menggenakan celana pendek tanpa atasan, memamerkan dada bidangnya yang dihiasi bulu-bulu halus nan lebat.

Dengan cueknya di depan Andre, Mas Dharma mengangkat-angkat tangannya yang berotot itu saat mengelap atap mobil. Bulu-bulu lebat di lipatan ketiaknya yang putih itu terpampang jelas di mata Andre. Membuat jakun remaja ganteng itu naik turun menahan nafsu. Rencana Andre untuk segera meluncur menuju rumah Calvin akhirnya tertunda. Andre merasa sayang kehilangan kesempatan menikmati pemandangan bagus di depan matanya ini. Pelan-pelan ransel yang tadi sudah disandangnya diletakkannya di lantai. Ia mendekati Mas Dharma, pura-pura mengamati kegiatan mencuci mobil supir ganteng itu.

"Mas, bagian atas ini masih basah nih," komentarnya, ia tak mau menimbulkan kecurigaan Mas Dharma.

Mas Dharma ini sebenarnya adalah salah satu dari dua orang ajudan papanya Andre yang bertugas di rumah mereka. Usianya masih muda, baru 24 tahun. Asli Manado. Dia lulusan STPDN. Demikian juga Mas Fadly ajudan papa Andre yang satu lagi, yang saat ini mendampingi sang papa melaksanakan tugas ke daerah. Mereka berdua bertugas sejak sang papa diangkat menjadi dirjen.

Kedua ajudan ini sama-sama kekar. Maklum aja ketika pendidikan dulu mereka kan dididik semi militer. Kebetulan juga keduanya memiliki paras yang ganteng. Saat sang papa memperkenalkan kedua ajudan itu kepadanya, Andre blingsatan. Waktu itu keduanya datang dengan menggenakan seragam semi ketat. Andre dapat melihat dengan jelas otot-otot terlatih dibalik seragam mereka itu. Tonjolan besar di selangkangan mereka membuat kontol Andre ngaceng berat. Akhirnya untuk menuntaskan birahinya yang memuncak Andre melakukan onani di kamarnya, ia belum berani untuk ngajak mereka berhubungan sex. Andre selalu berharap suatu saat dia bisa ngerjain kedua ajudan itu. Namun sampai saat ini harapannya itu tak pernah kesampaian.

Berdiri dekat-dekat Mas Dharma membuat birahi Andre semakin meningkat. Batang kontolnya sudah berdenyut-denyut. Ia tak mau ngecret sambil berdiri karena horny ngelihatin Mas Dharma. Segera ia meninggalkan ajudan jantan itu. Dalam pikirannya kemudian, lebih baik dia segera menuju rumah Calvin. Disana ia bisa menuntaskan hasratnya pada temannya itu sebelum mereka berangkat ke sekolah untuk main basket.

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah Calvin, bayangan lekuk-lekuk tubuh Mas Dharma sang ajudan ganteng, menari-nari di benak Andre. Apalagi ketika tadi Mas Dharma asyik nungging mengelap mobil, bongkahan buah pantat sang ajudan yang montok itu benar-benar membuatnya ngiler.

Andre hampir tiba di rumah Calvin. Tiba-tiba disadarinya ransel olah raganya tak tersandang dipunggungnya. Gara-gara mengamati sang ajudan ia terlupa mengambilnya lagi saat pergi. Segera Andre memutar laju sepeda motornya kembali ke rumahnya. Gimana dia mau main basket kalau pakaian basket tak dibawanya.

Tak sampai lima belas menit, Andre sudah kembali ke rumah. Dilihatnya mobil sedan sang Mama yang mengkilap masih terparkir dengan rapi di garasi.

"Dasar Mama, beres-beres aja lama banget," pikirnya.

Dicarinya ranselnya di garasi, namun tak ditemukannya disana. Kemana ya? Ia segera menuju dapur mencari Mbak Minah, pembantu rumahnya. Barangkali pembantunya itu menyimpan tasnya.

"Eh, Mas Andre. enggak jadi perginya Mas?" tanya Mbak Minah.
"Tadi sudah pergi. Tapi ransel saya ketinggalan. Mbak ada lihat enggak?"
"Enggak ada Mas. Memangnya tadi Mas Andre tinggalin dimana?"
"Di garasi, waktu Mas Dharma nyuci mobil tadi,"
"Mungkin dibawa sama Mas Dharma kalau gitu,"
"Mas Dharma kemana Mbak?"
"Mungkin di kamarnya Mas, kan mau pergi dengan ibu,"

Andre segera menuju kamar tidur Mas Dharma. Tapi tak ada orang disana. Ia hanya menemukan dua tempat tidur yang kosong, milik Mas Dharma dan Mas Fadly. Kamar mandi didalam ruangan kamar itu juga kosong. Ia kembali ke dapur menemui Mbak Minah.

"Enggak ada Mbak, kemana ya?"
"Coba liat di ruang kerja Bapak Mas. Tadi ibu menyuruh saya memanggil Mas Dharma ke ruang kerja Bapak. Tapi apa masih disana ya? Coba liat dulu Mas,"

Andre segera menuju ruang kerja papanya yang terletak disamping kamar tidur kedua orang tuanya itu. Sesampainya disana dilihatnya pintu kamar kerja sang papa tertutup. Ia memutar gerendel pintu itu, ternyata terkunci. Andre segera menuju kamar kedua orang tuanya. Barangkali Mamanya masih di kamar itu beres-beres. Ia bisa bertanya tentang keberadaan Mas Dharma pada Mamanya. Diputarnya gerendel pintu kamar itu, ternyata tidak terkunci. Andre segera memasuki kamar besar itu. Mamanya tidak terlihat duduk di meja riasnya. Matanya menelusuri seluruh isi kamar. Kosong. Pintu kamar mandi Mamanya terbuka, tak ada orang disana.

Matanya kemudian tertumbuk pada pintu penghubung antara ruang kerja papanya dengan kamar tidur kedua orang tuanya itu. Pintu itu dilihatnya buka sedikit. Andre mendekati pintu itu. Barangkali Mamanya ada disana, pikirnya. Ketika langkahnya semakin dekat dengan pintu kamar itu, telinganya tiba-tiba menangkap suara-suara dari ruang kerja papanya. Ia menghentikan langkahnya, mencoba berkonsentrasi mendengarkan suara itu. Tiba-tiba jantung Andre berdegup dengan keras. Perasaannya mulai tidak enak. Suara yang didengarnya itu adalah suara-suara erangan-erangan tertahan, milik laki-laki dan perempuan.

Andre semakin mendekat ke pintu kamar yang terkuak itu. Ia longokkan kepalanya sedikit ke celah pintu yang terbuka itu. Serta merta mata Andre melotot melihat pemandangan di ruang kerja papanya itu. Diatas meja kerja papanya, dua manusia lain jenis dalam keadaan bugil sedang asyik memacu birahi dengan penuh nafsu. Kedua manusia itu tiada lain tiada bukan adalah Mamanya dan Mas Dharma sang ajudan! Kaki Andre terasa lemas, jantungnya seperti mau copot.

Dari tempatnya berdiri saat ini ia dapat melihat sang Mama sedang ditindih oleh Mas Dharma. Mama Andre telentang dengan kaki mengangkang lebar diatas meja, sedangkan diatasnya Mas Dharma melakukan genjotan pantat dengan gerakan yang cepat dan keras sambil bibirnya melumat bibir sang Mama dengan buas. Meskipun ia tak bisa melihat batang kontol Mas Dharma, karena terhalang oleh paha Mamanya, namun ia yakin seyakin-yakinnya, batang kontol milik ajudan ganteng itu sedang mengebor lobang vagina Mamanya tanpa ampun. Baik Mamanya maupun Mas Dharma sama-sama mengerang-erang keenakan.

Andre tak pernah menyangka akan menyaksikan peristiwa ini. Ia tak pernah menyangka Mamanya akan melakukan zinah dengan ajudan papanya sendirinya. Mamanya yang selama ini dikenalnya sebagai aktivis kegiatan sosial dan selalu berbicara soal norma-norma moral, ternyata melakukan perselingkuhan di ruang kerja milik suaminya sendiri!

Andre tidak tahu harus melakukan apa. Ia sangat marah. Mukanya merah, tangannya mengepal-ngepal menahan amarah yang membara. Ia menarik kepalanya dari celah kamar. Dengan kesal dihempaskannya tubuhnya ke atas tempat tidur orang tuanya. Dari ruang kerja papanya terdengar racauan-racauan mesum dari mulut Mamanya dan sang ajudan.

"Ohh.. Ohh.. Enakkhh.. Terusshh..," racau Mamanya.
"Hihh.. Hihh.. Apahh.. Yang enakhh.. Hihh.. Buh..,"
"Konthollsshh.. Kamuhh.. Dahrmahh.. Ouhh..,"
"Ibuh sukahh.. Hihh.. Ouhh.. Ouhh.. Sukahh??,"
"Sukahh.. Besar.. Bangethh.. Ouh.. Dharmahh..,"
"Hihh.. Mememkhh.. Ibuhh.. Jugahh.. Enakk.. Buhh.. Ohh..,"
"Enakhh?? Benar.. Enakhh.. Darmahh..??"
"Yahh.. Iyahh.. Buhh..,"

Meskipun sangat marah, racauan yang didengarnya itu sungguh-sungguh sangat merangsang. Birahinya mulai bangkit. Akhirnya meskipun dilanda kemarahan, remaja ganteng itu kembali mendekati pintu penghubung kamar itu. Ia kembali mengintip persenggamaan mesum Mamanya dan Mas Dharma itu. Persenggamaan mereka sangat bersemangat dan kasar, racauan mereka benar-benar sangat merangsang, akibatnya Andre tak mampu menahan kontolnya yang mulai mengeras. Tangannya kemudian menyusup ke balik celananya, meremas-remas batang kontolnya sendiri.

"Enakhh.. Manah.. Samah.. Ohh.. Memmek.. Bu.. Menterihh.. Ohh..," racau Mamanya lagi.
"Enakkhh.. Mememkhh.. Ibuhh..,"
"Mmmasakhh sihh.. Dharamahh.. Oohh.. Yesshh.. Disituhh.. Ahh..,"
"Iyahh.. Buhh.. Masih.. Serethh.. Ohh.. Njepithh..,"

Andre kaget mendengar racauan itu. Tak disangkanya ternyata Mas Dharma ini pernah ngentot sama istri menteri juga rupanya.

"Kalauhh.. Samahh.. vagina.. Fenihh.. Pacarhh.. Kamuhh..?"
"Ohh.. Samah.. Samahh.. Enaknyahh, .. Buh.. Ohh..,"
"Dasarhh.. Sshh.. Gombalhh.. Ouhh..,"
"Ohh.. Ohh.. Ohh.. Yahh.. Ohh., ..,"
"Kerashh.. Oohh.. Besarhh bangethh.. Ohh..,"
"Besar manahh buhh.. Sama kontolhhsshh.. Fadlyhh.. Ohh..,"
"Samahh.. Samahh.. Sayanghh.. Ohh.. Yesshh..,"

Mas Fadly??!! Andre benar-benar tak menyangka. Ternyata Mamanya pernah juga ngerasain batang kontol ajudan papanya yang satu lagi itu.

Beberapa saat kemudian sang Mama dan Mas Dharma berganti posisi. Mas Dharma tidur telentang diatas meja kerja dengan kedua pahanya yang kokoh dan berbulu itu menjuntai ke bawah. Sang Mama kemudian duduk diatas selangkangan Mas Dharma. Saat Mas Dharma mengatur posisi, Andre sempat melihat barang perkasa Mas Dharma dengan jelas. Benar-benar besar, gemuk dan panjang dihiasi dengan bulu jembut yang lebat. Panjangnya sekitar dua puluh centimeter. Pantes aja Mamanya keenakan banget.

Andre membayangkan bagaimana bila kontol besar milik Mas Dharma itu membetot lobang pantatnya. Pasti gesekannya terasa banget. Lebih terasa dari punya si Wisnu, teman basketnya yang putra bali itu. Tiba-tiba muncul pikiran nakal di benak Andre. Ia ingin ngerjain Mamanya dan sang ajudan. Dikeluarkannya ponsel mungilnya yang memiliki fasilitas video phone itu dari saku celananya. Sambil terus meremas-remas kontolnya sendiri, Andre merekam persenggamaan mesum Mamanya dan Mas Dharma itu.

Sang Mama menggenjotkan pantatnya naik turun dengan keras. Mas Dharma membalas dengan genjotan pantat yang tak kalah keras. Suara tepokan terdengar keras,

"Plokk.. Plokk.. Plokk.. Plokk..,"

Kamar kerja papa Andre diramaikan dengan suara-suara erangan, jeritan, desahan dari mulut Mamanya dan Mas Dharma.

"Hahh.. Hahh.. Hahh.. Ohh.. Tekan lebihh.. Dalamhh," erangan Mas Dharma kedua tangannya meremas-remas payudara Mama Andre.
"Hihh.. Beginihh.. Hihh..,"
"Lagihh.. Ohohh.. Ahh.. Ahh..,"
"Hihh.. Beginihh.. Ohh..,"
"Yeshh.. Yeshh.. Terusshh.. Ohh.. Ohh..,"

Tiba-tiba tubuh Mas Dharma yang tadi berbaring bangkit. Dalam posisi tubuh menekuk, kepalanya bersarang di payudara sang Mama yang besar dan bergoyang-goyang akibat genjotan yang mereka lakukan. Dengan buas Mas Dharma mengisap pentil payudara sang Mama yang kemerahan.

"Ohh.. Dharmahh.. Nakalhh kamuhh.. Ohh.. Enakhh..," Mama meracau semakin menggila.

Kepalanya bergoyang ke kiri ke kanan. Rambut yang sebahunya yang basah oleh keringat berkibar-kibar. Mama Andre benar-benar keenakan. Kedua tangan sang Mama memeluk punggul lebar Mas Dharma dengan kuat. Tak sampai lima menit dalam posisi seperti itu. Tiba-tiba genjotan Mama berhenti. Mulutnya meraung keras. Pantatnya bergetar menekan keras menggencet selangkangan Mas Dharma. Tubuhnya yang basah oleh keringat berkelojotan.

"Ahh.. Akuhh sampaihh.. Ouhh..," erangnya.

Mas Dharma terus menyelomoti payudara sang Mama. Semenit kemudian kepala sang Mama terlihat bertumpu ke bahu Mas Dharma. Ia lemas karena orgasmenya.

"Saya lanjuthh yah buhh..," kata Mas Dharma minta ijin melanjutkan. Soalnya orgasmenya belum datang.
"Silakan Dharmahh.. Ohh..," suara sang Mama terdengar lemas.

Mas Dharma kemudian turun dari meja kerja itu. Tanpa melepaskan kontolnya dari lobang vagina sang Mama, Mas Dharma membopong tubuh sang Mama kemudian membaringkannya telentang diatas lantai yang berkarpet. Kemudian ia kembali melanjutkan pekerjaannya menyetubuhi sang Mama. Andre bisa melihat tubuh Mamanya yang lemas itu dikentot Mas Dharma dengan penuh keperkasaan.

"Sakit buhh.. Ahh..?"
"Terus sayanghh.. Saya istirahat sebentar ahh.. Kamuhh terusshh ajahh.. Ohh.."

Tak sampai lima menit sang Mama kembali bergairah. Pantatnya kembali bergerak-gerak dengan luwes membalas gerakan Mas Dharma. Rupanya sang Mama tak mau hanya menjadi objek. Tiba-tiba ia membalikkan posisi, untuk kemudian menindih tubuh atletis sang ajudan ganteng yang bersimbah keringat. Dengan penuh semangat sang Mama kemudian menggenjot pantatnya naik turun mengocok batang kontol Mas Dharma dengan memeknya yang basah dengan cairan lendirnya sendiri, sambil menciumi bibir ajudan muda ganteng itu dengan binal. Dari mulutnya keluar erangan-erangan,

"Urghh.. Urghh.. Yahh.. Yahh,"
"Ohh.. Ibuhh.. Ohh.. Buashh.. Banget.. Ohh..," racau Mas Dharma.
"Kamuhh.. Sukahh.. Kanhh..,"

Begitulah. Permainan cabul antara Mamanya Andre dan Mas Dharma yang memakan waktu tak kurang dari dua jam itu akhirnya usai dengan skor 5-2 untuk kemenangan Mas Dharma. Maksudnya, sang Mama ngecret tiga kali, sedangkan Mas Dharma ngecret dua kali saja didalam vagina sang Mama.

Andre sendiri ngecret dua kali. Sperma kentalnya melumuri daun pintu kamar penghubung. Ia sangat terangsang menyaksikan live show sang Mama dan Mas Dharma. Ia tak sabar untuk segera dapat mengerjai sang ajudan yang gila ngentot itu. Dengan tubuh yang masih terasa lemas akibat orgasme, perlahan-lahan Andre meninggalkan kamar orang tuanya. Spermanya yang menempel di daun pintu kamar dibersihkannya terlebih dahulu. Saat meninggalkan kamar, Andre, masih sempat melirik Mamanya dan Mas Dharma yang berbaring saling berpelukan di lantai. Keduanya terlihat sangat lelah.

Andre segera melaju kembali dengan sepeda motornya menuju rumah Calvin. Sepanjang perjalanan ia menyusun rencana untuk mengerjai Mamanya dan Mas Dharma nanti. Ia tersenyum-senyum cabul membayangkan rencananya itu.

Setiba di rumah Calvin, teman sekolahnya itu sudah menunggu di teras sambil duduk santai membaca majalah remaja. Calvin menggenakan t-shirt putih polos dan celana jeans biru plus topi pet hitam. Wajah gantengnya tersenyum senang menyambut kedatangan Andre.

"Kok telat Ndre?" tanyanya.
"Sorry Vin. Ada urusan sama Mama tadi," jawab Andre nyengir, "Kita langsung cabut aja yuk. Sudah hampir jam sepuluh nih,"

Calvin mengiyakan, segera ia duduk di boncengan, rapat di belakang tubuh Andre. Tangannya diletakkannya di paha Andre. Kemudian kedua remaja SMU itu melaju menuju sekolah mereka.

"Kok enggak bawa baju olah raga Vin?" tanya Andre di tengah perjalanan.
"Enggak usahlah. Gue kan bukan anak basket. Kesana juga cuman mau liat permainan basket doang," jawabnya.
"Liat permainannya, atau liat pemainnya nih?" tanya Andre menggoda.
"Dua-duanya. Hehehe,"
"Vin, ini perasaan gue aja tahu emang benar sih?"
"Maksud lo?"
"Elo ngaceng ya? Kok rasanya ngeganjal nih di bokong gue,"
"Enak aja!"

Andre tertawa ngakak. Sementara Calvin tersenyum malu di boncengan. Kontolnya memang sudah ngaceng sejak nungguin Andre dari tadi. Ia tak sabar menantikan apa yang akan terjadi nanti di sekolah.

E N D


»»  read more

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.